Memberikan
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Meliputi
Diagnosa, Perencanaan, Tindakan Dan Evaluasi
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 . Latar
Belakang
Mortalitas dan morbilitas pada wanita hamil dan
bersalin adalah msalah besar di Negara berkembang. Kematian saat melahirkan
biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita pada puncak produktivitasnya (Sarwono
Prawirohardjo, 2000). Angka kematian ibu maternal berguna untuk menggambarkan
tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi kesehatan ibu dan anak,
kondisi kesehatan lingkungan, dan tingkat pelayanan kesehatan lingkungan.
Tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, inu waktu melahirkan dan
masa nifas.
Dalam hal ini bidan merupakan ujung tombak pemberi
pelayanan kesehatan khususnya kepada masyarakat senantiasa berupaya
meningkatkan mutu pelayanan sesuai standar professional. Untuk dapat memberikan
asuhan kebidanan yang baik dituntut adanya tenaga bidan yang menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi kebidanan, ketramppilan, pelayanan serta professional
sehingga didapatkan pelayanan kebidanan yang bermutu, ilmiah dan bertanggung
jawab.
Keluhan nyeri
merupakan keluhan yang paling umum kita temukan atau dapatkan ketika kita
sedang melakukan tugas kita sebagai bagian dari tim kesehatan, baik itu di
tataran pelayanan rawat jalan maupun rawat inap. Kadang kala kita sering
menganggap hal itu sebagai hal yang biasa sehingga perhatian yang kita berikan
tidak cukup memberikan hasil yang memuaskan di mata pasien. Nyeri sesunggguhnya
tidak hanya melibatkan persepsi dari suatu sensasi, tetapi berkaitan juga
dengan respon fisiologis, psikologis, sosial, kognitif, emosi dan perilaku,
sehingga dalam penangananyapun memerlukan perhatian yang serius dari semua
unsur yang terlibat di dalam pelayanan kesehatan, untuk itu pemahaman tentang
nyeri dan penanganannya sudah menjadi keharusan bagi setiap tenaga kesehatan,
terutama perawat yang dalam rentang waktu 24 jam sehari berinteraksi dengan
pasien.
Dahulu infeksi
nifas merupakan sebab kematian maternal yang paling penting, akan tetapi berkat
kemajuan ilmu Kebidanan khususnya pengetahuan tentang sebab-sebab infeksi nifas
serta pencegahannya dan penemuan obat-obat baru seperti sulfa, antibiotik dan
lainnya di negara-negara maju peranannya sebagai penyebab kematian berkurang
1.2 . Rumusan
Masalah
Adapun
Rumusan Masalah dalam penulisan Makalah ini adalah:
1.
Bagaimana cara Bidan dalam memberikan
Evaluasi secara terus menerus pada ibu nifas?
2.
Apa saja hal-hal yang berhubungan dengan
Evaluasi secara terus menerus?
3.
Bagimana cara mengatasi gangguan rasa
nyeri pada ibu nifas?
4.
Bagaimana cara mengatasi infeksi yang
berhubungan dengan masa nifas?
5.
Bagaimana cara mengatasi rasa cemas pada
ibu nifas?
6.
Bagaimana cara memberikan penjelasan
gizi, KB, tanda-tanda bahaya, hubungan seksual, senam nifas, perawatan
perineum, dan asuhan bayi sehari-hari pada ibu nifas?
7.
Bagaimana cara memberikan kenyamanan
pada ibu nifas?
8.
Bagaimana cara memfasilitasi ibu nifas
untuk menjadi orang tua?
9.
Bagaimana cara memberikan pengarahan
pada ibu agar bisa menyusui bayinya dengan baik?
10. Apa
saja persiapan untuk pasien pulang?
11. Bagaimana
petunjuk antisipasi untuk ibu nifas?
12. Bagaimana
deteksi dini komplikasi pada ibu masa nifas?
13. Bagaimana
pendidikan kesehatan (health aducation) bagi ibu nifas?
1.3 . Tujuan
Adapun
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.
Mengetahui kesehatan ibu dan mendeteksi
adanya komplikasi dalam kehamilan dalam Evaluasi secara terus menerus.
2.
Memahami dalam mengatasi rasa nyeri pada
ibu nifas.
3.
Mengetahui dalam mengatasi infeksi pada
ibu nifas.
4.
Memahami tentang upaya-upaya yang
dilakukan dalam mengatasi rasa cemas
pada ibu nifas.
5.
Mengetahui cara memberikan penjelasan gizi,
KB, tanda-tanda bahaya, hubungan seksual, senam nifas, perawatan perineum, dan
asuhan bayi sehari-hari pada ibu nifas.
6.
Mengetahui cara memberikan kenyamanan
pada ibu nifas.
7.
Mengetahui cara memfasilitasi ibu nifas
untuk menjadi orang tua.
8.
Mengetahui cara memberikan pengarahan
pada ibu agar bisa menyusui bayinya dengan baik.
9.
Mengetahui persiapan pasien pulang..
10. Mengetahui
petunjuk antisipasi ibu nifas.
11. Mengetahui
deteksi dini kompliksi pada ibu nifas.
12. Mengethui
pendidikan kesehatan (health aducation) bagi ibu nifas.
1.4 . Metode
Metode yang
dilakukan dalam penulisan Makalah ini adalah studi pustaka dan searching
internet
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Masa nifas adalah masa
2 jam setelah lahirnya placenta sampai enam minggu berikutnya. Waktu yang tepat
dalam rangka pengaeasan Post Partum adalah 2-6 jam, 2jam-6hari, 2jam-6minggu
(atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari dan 6 minggu ).Saat setelah kelahiran
bayi dan keluarnya plasenta, ibu memasuki masa penyembuhan fisik dan psikologis
(Ball 1994, Hytten 1995). Dari sudut pandang medis dan fisiologis, masa ini
disebut dengan nifas, yang dimulai sesaat setelah keluarnya plasenta dan
selaput janin lahir serta berlanjut hingga 6 Minggu.
Memberikan Asuhan
Kebidanan ibu nifas meliputi diagnose, perencanaan, tindakan dan Evaluasi
mengenai hal-hal berikut :
2.1. Evaluasi Secara Terus Menerus
Masa nifas adalah masa (kira-kira
6 minggu) setelah kelahirkan bayi, selama tubuh ibu beradaptasi ke keadaan
sebelum hamil, disebut juga puerperium. Dalam praktik masa kini, banyak ibu yang
dipulangkan ke rumah setelah 1-2 hari pasca melahirkan. Asuhan kebidanan selama
masa ini berfokus pada pengkajian terhadap perkembangan komplikasi yang mungkin
terjadi dan penyuluhan pasien. Bidan harus menggunakan setiap kesempatan untuk
menjelaskan perubahan fisiologis normal kepada ibu, sehingga ia mampu mengenali
penyimpangan dan mencari pertolongan pemberi asuhan, jika komplikasi timbul.
Bidan harus melakukan
evaluasi secara terus menerus selama masa nifas. Selain itu, memantau kondisi
ibu setiaap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam ke dua. Bidan boleh
meninggalkan ibu setelah dua jam pertama jika terdapat tanda-tanda bahaya.
Asuhan masa nifas dirangkum dalam 2-6 jam, 2-6 hari, dan 2-6 minggu, namun
waktu spesifik ini tidak diinterpretasikan secara kaku. Akan lebih baik lagi
jika bidan memantau kondisi ibu satu kali dalam sehari pada setiap kunjungan.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui kesehatan ibu dan mendeteksi adanya
komplikasi dalam kehamilan.
Evaluasi secara terus menerus, meliputi:
1.
Meninjau ulang data
a.
Catatan intrapartum dan antepartum (jika
tidak diketahui atau merupakan kunjungan pertama)
b.
Jumlah jam atau hari postpartum
c.
Catatan pengawasan dan perkembangan
sebelumnya
d.
Catatan suhu, nadi, pernapasan, dan
tekanan darah postpartum
e.
Catatan hasil laboratorium
f.
Catatan pengobatan
2.
Mengkaji riwayat
a.
Ambulasi: apakah ibu melakukan ambulasi,
seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau mandiri, apakah ibu
pusing ketika melakukan ambulasi.
b.
Berkemih: bagaimana frekuensinya,
jumlah, apakah ada nyeri, atau disuria
c.
Defekasi: Bagaimana frekuensinya,
jumlah, dan konsistensinya
d.
Nafsu makan: apa yang ia makan, seberapa
sering, apakah asa rasa panas pada peru, mual, dan muntah
e.
Gangguan ketidaknyamanan atau nyeri:
lokasinya, kapan, tipe nyeri, dan apa yang dapat mengurangi nyeri tersebut
f.
Psikologis ibu: bagaimana perhatian
terhadap dirinya dan bayinya, perasaan terhadap ibunya, dan perasaan terhadap
persalinan
g.
Istirahat dan tidur: apakah ibu
mengalami gangguan tidur, apakah ibu
mengalami kelelahan
h.
Menyusui: Bagaimana proses menyusui
dikaitkan dengan dirinya dan bayi, apakah ada reaksi antara ibu dan bayinya
selama menyusui, apakah ada masalah atau pertanyaan (misal waktu menyusui,
posisi, rasa sakit pada puting,atau pembengkakan)
3.
Pemeriksaan fisik
a.
Mengukur tekanan darah, suhu, nadi, dan
pernapasan
b.
Memeriksa payudara dan putting, apakah
ada pembengkakan atau lecet pada putting dan infeksi
c.
Memeriksa abdomen, terdiri dari palpasi
uterus(memastikan kontraksi baik) dan kandung kemih
d.
Memeriksa lokia: bagaimana jumlah,warna,
konsistensi, dan bau.
e.
Memeriksa perineum: bagaimana
penyembuhan(adakah edema, hematoma, nanah, luka yang terbuka, dan hemoroid)
f.
Memeriksa kaki: adakah varises, edema,
tanda Homan. Reflex, nyeri tekan, kemerahan pada betis
2.2. Mengatasi rasa nyeri
Gangguan rasa nyeri dan ketidaknyamanan masa
nifas banyak terjadi, walaupun tanpa komplikasi saat melahirkan. Bidan
diharapkan dapat memberikan asuhan
terhadap gangguan rasa nyeri dan
ketidaknyamanan tersebut yang diuraikan sebagai berikut:
1.
After Pain atau kram perut
Sejak
dulu Afterpain dihubungkan multiparitas dan menyusui. Namun, ibu dapat
mengalami afterpain meskipun sebelumnya belum pernah hamil ataupun
menyusui(Mender 1998, Merchant et al 1999). Deskripsi afterpain dalam buku
pendidikan bagi orangtua menunjukkan bahwa nyeri ini merupakan bentuk
ketidaknyamanan ringan dan lebih merupakan isu ketidaknyamanan. Meskipun
demikian, ibu sendiri mendeskripsikan
nyeri tersebut setara dengan
nyeri sedang pada persalinan(Merchant et al 1999). Penatalaksanaan
afterpain adalah dengan pemberian analgesic yang tepat, jika mungkin, diberikan
sebelum menyusui karena produksi oksitosin akibat respons pengeluaran ASI
mengaktivasi kontraksi uterus dan menyebabkan nyeri. Penjelasan mengenai afterpain akan bermanfaat bagi ibu.
Perlu juga dijelaskan bahwa ibu mungkin akan mengalami perdarahan hebat, bahkan
dapat berupa bekuan darah. Nyeri pada uterus yang bersifat terus menerus atau
terasa pada saat palpasi abdomen tampaknya tidak berkaitan dengan afterpain dan perlu penyelidikan
mengenai hal ini. Para ibu mungkin merasa bingung antara afterpain dengan nyeri
akibat flatus, khususnya setelah persalinan operatif atau saat mereka mengalami
konstipasi. Peredaan penyebab cenderung
meredakan gejala.
Hal
ini disebabkan oleh adanya serangkaian kontraksi dan relaksasi yang terus
menerus pada uterus. Gangguan ini lebih banyak terjadi pada wanita dengan
paritas yang banyak(multipara) dan wanita menyusui.
Cara
yang efektif untuk mengurangi after pain
adalah dengan mengosongkan kandung kemih yang penuh dan menyebabkan kontraksi uterus tidak
optimal. Ketika kandung kemih kosong, ibu dapat telungkup dengan bantal.
Hal ini akan menjaga kontraksi dan
menghilangkan nyeri. Beri tahu ibu bahwa ketika ia telungkup pertama kali, ia
akan merasakan kram yang hebat selama 5 menit sebelum nyeri hilang. Pada
keadaan ini dapat juga diberi analgesic(parasetamol, asam mefenamat. Codein,
atau asetaminofen).
2.
Pembengkakan Payudara
Diperkirakan
bahwa pembengkakan pembesaran payudara disebabkan kombinasi akumulasi dan
stasis air susu serta peningkatan vaskularitas dan kongesti. Kombinasi ini
mengakibatkan kongesti lebih lanjut karena stasis stasis lebih lanjut karena
stasis limfatik dan vena. Hal ini terjadi saat pasokan air susu meningkat, pada
sekitar hari ketiga pascapartum baik pada ibu menyusui, dan berakhir sekitar 24
hingga 48 jam.
Pebengkakan
payu dara terjadi juga karena adanya gangguan antara akumulasi air susu dan
meningkatnya vaskularitas dan kongesti. Hal tersebut menyebabkan penyumbatan
pada saluran limfa dan vena, terjadi pada hari ke 3 post partum baik pada ibu
menyusui maupun tidak menyusui dan berakhir kira-kira 24-48 jam.
Saat suplai air susu masuk kedalam payudara,
pembesaran payudara dimulai dengan perasaan berat saat payudara mulai terisi.
Payudara mulai distensi, tegang, dan nyeri tekan saat disentuh. Kulit terasa
hangat saat disentuh, dengan vena dapat terlihat, dan tegang dikedua sisi
payudara. Putting payudara lebih keras dan menjadi sulit bagi bayi untuk
mengisapnya. Pada beberapa wanita, nyeri tekan payudara menjadi nyeri hebat,
terutama jika bayi mengalami kesulitan dalam menyusu, atau jika ia tidak
menggunakan penyangga payudara yang baik. Meskipun pembesaran bukanlah proses
inflamasi, peningkatan metabolism akibat produksi air susu dapat menyebabkan
peningkatan suhu tubuh ringan. Demam lebih tinggi dari 38C menunjukkan adanya mastitis atau infeksi lain.
Tindakan
untuk menurunkan rasa nyeri bergantung pada apakah wanita menyusui. Untuk
wanita yang tidak menyusui, tindakan ditujukan terhadap pemulihan
ketidaknyamanan dan penghentian laktasi. Meskipun dahulu berbagai medikasi
digunakan untuk membantu menekan produksi air susu pada wanita yang memberikan
susu formula, tidak ditemukan medikasi tanpa resiko bagi wanita, ataupun obat
yang beber-bener efektif. Sejak food and drug bromokriptin(parlodel) pada tahun
1989, tidak ada medikasi yang disetujui untuk penggunaan di Amerika serikat.
Wanita
yang memilih memberikan susu formula perlu memahami bahwa mereka membentuk suplai air susu, yang menyebabkan
pembesaran. Mereka perlu diajarkan untuk menggunakan BH atau bebat payudara
untuk menyangga payudara dengan kuat, mengangkatnya, bukan menekan kea rah
dinding dada. Wanita dengan payudara menggantung perlu menambahkan gulungan
dibawah payudara dengan menggunakn linen atau handuk tipis, disematkan
sedemikian rupa pada tempatnya sehingga memberikan sanggaan yang baik pada
payudara.
Waktu dua jam setelah melahirkan merupakan
waktu yang baik sekali untuk mendorong ibu agar menyusui jika ia
menginginkannya. Bayi sedang berada pada keadaan siaga dan siap untuk disusui.
Pemberian ASI pada saat ini akan membantu kontraksi uterus dan menolong
mencegah perdarahan.
Penindihan
masa menyusui(usaha untuk mencegah atau menghentikan perkembangan
ASI)dilakukan jika wanita memutuskan
untuk tidak menyusui atau pada kasus kematian sebelum melahirkan.
Tanda
dan gejala gangguan ini meliputi ibu merasa payudaranya bengkak dan mengalami
distensi, kulit payudara menjadi mengilat dan merah, payudara hangat jika
disentuh, vena pada payudara terlihat,, payu dara nyeri, terasa keras, dan
penuh. Cara mengurangi pembengkakan antara lain:
1)
Untuk ibu menyusui
a.
Menyusui sesering mungkin
b.
Menyusui setiap 2-3 jam sekali secara
teratur tanpa makanan tambahan
c.
Gunakan kedua payudara saat menyusui
d.
Gunakan air hangat pada payudara, dengan
menempelkan kain atau handuk yang hangat pada payudara
e.
Jika ada pembengkakan atau jika payudara
masih terasa penuh setelah menyusui, lakukan pengeluaran ASI secara manual
f.
Gunakan bra yang kuat untuk menyangga
payudara, pastikan bahwa bra tidak menekan payudara karena dapat menyebabkan
penekanan lebih lanjut
g.
Letakan kantong es pada payudara
diantara waktu menyusui untuk mengurangi nyeri
h.
Minum parasetamol atau asetaminofen
untuk mengurangi rasa nyeri
2)
Bagi ibu yang tidak menyusui
a.
Gunakan bra yang kuat menyangga payudara
dan tepat ukurannya
b.
Letakkan kantong es pada payudara untuk
mengurangi rasa nyeri dan menghalangi aliran ASI
c.
Yakinlah diri bahwa itu hanya terjadi
selama 24-48 jam
d.
Hindari masase payudara dan memberi
sesuatu yang hangat pada payudara karena dapat meningkatkan produksi ASI
e.
Minum parasetamol atau asetaminofen
untuk menghilangkan nyeri
3.
Nyeri perineum
Tanpa
menghiraukan persalinan mengakibatkan trauma perineum, ibu cenderung merasakan
memar disekitar vagina dan jaringan perineum selama beberapa hari pertama
setelah persalinan. Para ibu yang mengalami cedera perineum hingga penyembuhan
terjadi (McCandlish et al 1998, Sleep 1995, Wylie 2002). Dikatakan bahwa dampak
trauma perineum secara signifikan memperburuk
pengalaman pertama menjadi ibu bagi kebanyakan wanita karena derajad
nyeri yang dialami dan dampaknya terhadap aktivitas hidup sehari-hari (McCandlish
et al 1998, Sleep 1995). Trauma
fisiologis dan psikologis jangka panjang juga terjadi.
Nyeri perineum dapat disebabkan oleh episiotomy,
laserasi atau jahitan. Sebelum memberikan asuhan, sebaiknya bidan mengkaji
apakah nyeri yang dialami ibu normal atau ada komplikasi, seperti hematoma atau
infeksi. Asuhan yang dapat diberikan untuk
nyeri perineum, yaitu :
a.
Letakkan kantong es di daerah genital
untuk mengurangi rasa nyeri, selama ±20 menit, 2 atau 3 kali sehari
b.
Lakukan rendam duduk dalam air hangat
atau dingin sedalam 10-15 cm selama 30 menit, 2 atau 3 kali sehari. Perhatikan
kebersihan bak mandi agar tidak terjadi infeksi (tidak dilakukan pada ibu
dengan jahitan di perineum)
c.
Lakukan latihan kegel untuk meningkatkan
sirkulasi di daerah tersebut dan membantu memulihkan tonus otot. Untuk
melakukan hal ini, bayangkan otot perineum sebagai elevator. Ketika rileks,
elevator tersebut berada di lantai satu. Secara perlahan kontraksikan otot anda
mencapai lantai empat, tahan selama beberapa detik, kemudian secara perlahan
rileks kembali. Gerakan ini dapat dilakukan kapanpun.
d.
Minum parasetamol/ asetaminofen untuk
mengurangi nyeri
2.3.
Mencegah Infeksi
1.
Infeksi Genital
Ibu
berisiko mengalami infeksi postpartum karena adanya luka pada area pelepasan
plasenta, laserasi pada saluran genital, dan episiotomy pada perineum. Penyebab
infeksi adalah bakteri endogen dan eksogen. Faktor predisposisi infeksi
meliputi nutrisi yang buruk, defisiensi zat besi , persalinan lama, ruptur
membran, episiotomi, atau secsio sesaria.
Gejala
klinis endometritis tampak pada hari ke-3 postpartum disertai suhu mencapai 39º
C, takikardia, sakit kepala, kadang terdapat uterus yang lembek. Untuk itu, ibu
harus diisolasi. Infeksi genital dapat dicegah dengan menjaga kebersihan daerah
vulva, vagina dan perineum. Pembalut harus diganti dengan teratur dan sering.
Hal ini untuk menghindari gesekan antara anus dan vulva ketika mengangkat
pembalut karena dapat memindahkan organism dari anus sehingga mengontaminasi
vulva dan perineum. Ketika melepaskan pembaluh harus dari arah depan ke
belakang.
2.
Infeksi Saluran Kemih
Infeksi
saluran kemih dapat terjadi karena kurang menjaga kebersihan dan lebih sering
terjadi jika terdapat retensi urine, kurangnya asupan cairan dan latihan. Ibu
dianjurkan untuk menjaga kebersihan vulva, tidak menahan kencing, minum lebih
banyak, melakukan latihan, dan menghindari konstipasi.
3.
Infeksi Saluran Pernapasan Atas
Bidan
yang sedang flu berat seharusnya tidak dekat dengan ibu dan bayi atau
menggunakan masker jika berada didekat mereka sehingga tidak terjadi infeksi
silang. Demikian juga dengan anggota keluarga yang sedang sakit.
4.
Infeksi Payudara
Infeksi
payudara seperti mastitis dan abses dapat terjadi karena manajemen laktasi yang
tidak benar yang dapat menyebabkan trauma pada puting sehingga merupakan tempat
masuknya kuman pathogen. Hal ini dapat dicegah dengan Manajemen Laktasi yang
benar dan menyusui bayinya on demand.
2.4. Mengatasi rasa cemas
Peran
bidan disini menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang bagaimana mengatasi rasa
cemas selama masa nifas, antara lain:
1.
Bidan dapat memperhatikan dan memberi ucapan
selamat atas kehadiran bayinya yang dapat member perasaan senang pada ibu.
2.
Dalam memberikan dukungan, bidan dapat
melibatkan suami, keluarga, dan teman dalam merawat bayinya sehingga beban ibu
berkurang. Hal ini akan menciptakan hubungan baik antara ibu dan keluarga, ibu
dan bidan atau bidan dan keluarga.
3.
Bidan dapat memberi informasi atau
konseling mengenai kebutuhan ibu selama periode ini, sehingga membangun
kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai ibu.
4.
Bidan dapat mendukung pendidikan
kesehatan, termasuk pendidikan dalam perannya sebagai orang tua.
5.
Bidan juga dapat membantu dalam hubungan
ibu dan bayinya serta penerimaan bayi dalam keluarga.
6.
Bidan juga dapat berperan sebagai teman
bagi ibu dan keluarga dalam memberi nasihat:
a.
Bagi ibu
·
Ibu dianjurkan untuk mendidik dirinya.
Bila ada riwayat depresi dalam keluarga, ibu beresiko mengalami depresi setelah
melahirkan.ibu harus mengetahui tanda-tandanya. Depresi ini dapat diobati.
·
Ibu dianjurkan menerima apa yang
dirasakan. Perubahan yang tiba-tiba atau mood
swings merupakan hal yang normal setelah melahirkan. Sharon Thomson, Ph.D,
seorang ahli psikologi dijaringan CIGNA Behavioral Health, berpendapat,
“izinkan diri anda untuk berbicara mengenai perasaan, baik yang positif maupun
negatif”
·
Ibu dianjurkan berterus terang.
Dr.Thomson mengusulkan agar ibu meminta pertolongan sehubungan dengan bayi
barunya. Tidak saja untuk hal-hal yang bersifat fisik tetapi juga untuk
dukungan emosional. Dengan mampu mengatakan, “saya perlu istirahat. Maukah anda
mengawasi bayiku?”. Orang akan mudah menolong bila mereka tahu apa yang anda
butuhkan.
b.
Bagi keluarga, menurut Dr. Thomson bidan
harus menjadi orang penuh perhatian. Dengarkan ungkapan perasaan ibu, tetapi
jangan memperbaikinya. Katakana padanya bahwa anda memperhatikannnya.
7.
Waspadai gejala depresi. Tanyakan pada
ibu apa yang dirasakan serta apakan ia dapat makan dan tidur dengan nyaman.
2.5.
Gizi Untuk Ibu Nifas
Masa nifas atau masa
menyusui adalah masa yang sangat penting, hal ini dikarenakan setelah ibu
melahirkan akan memerlukan waktu untuk memulihkan kembali kondisinya dan
mempersiapkan ASI sebagai makanan pokok untuk bayinya.
Dalam masa nifas ibu
membutuhkan gizi yang cukup. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila
menyusui akan meningkat 25 % atau tiga kali dari kebutuhan biasa karena makanan
yang dikonsumsi berguna untuk proses kesembuhan, melakukan aktivitas,
metabolisme, cadangan dalam tubuh, dan terutama untuk memproduksi ASI.
ASI sangat dibutuhkan
untuk tumbuh kembang bayi. Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi ibu
sangat berpengaruh pada jumlah ASI yang dihasilkan, ibu menyusui disarankan
memperoleh tambahan zat makanan 800 Kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI
dan untuk aktifitas ibu itu sendiri
Sebuah teori, maternal depletion syndrome menyatakan bahwa
status gizi ibu setelah peristiwa kehamilan dan persalinan, kemudian diikuti
masa laktasi, tidak segera pulih dan ditambah lagi pemenuhan gizi yang kurang,
jumlah paritas yang banyak dengan jarak kehamilan yang pendek, akan menyebabkan
ibu mengalami drainage gizi. Akibatnya ibu akan berada dalam status gizi yang
kurang dengan akibat lebih lanjut pada ibu dan anaknya. Oleh karena itu, ibu
yang menyusui anaknya harus diberikan pengetahuan tentang gizi.
Gizi ibu nifas tetap berpedoman pada 4 sehat 5 sempurna
dengan menu seimbang. Kuantitas dan kualitas makanan ibu yang baik pada saat
nifas akan mempengaruhi produksi ASI. Jika keadaan gizi ibu baik secara
kuantitas, akan terproduksi ASI lebih banyak daripada ibu dengan gizi kurang.
Sedangkan secara kualitas tidak banyak dipengaruhi kecuali lemak, vitamin dan
mineral.
Penyuluhan yang bisa diberikan bidan untuk ibu nifas antara
lain:
a. Mengkomsumsi
tambahan 500 kalori setiap hari
b. Makan
dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup
c. Minum
sedikitnya 3 liter air setiap hari atau sedikitnya 8 gelas sehari (anjurkan ibu
minum setiap kali menyusui)
d. Pil
zat besi (sulfas/glukonas ferrosus) harus diminum untuk menambah zat gizi
setidaknya selama 40 hari pasca bersalin (setelah melahirkan)
e. Minum
kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada anaknya
melalui ASI
f. Anjurkan
ibu agar banyak makan sayuran yang beragam dan banyak minum sedikitnya 8 gelas
sehari
g. Pemakaian
bumbu jangan terlalu merangsang, tidak pedas
2.6. KB Untuk Ibu Nifas
Pemilihan kontrasepsi harus sudah dipertimbangkan pada masa
nifas. Apabila hendak memakai kontrasepsi yang mengandung hormon, harus
menggunakan obat yang tidak mengganggu produksi ASI. Hubungan suami istri pada
masa nifas tidak dianjurkan.
Bidan berperan pentig dalam menjelaskan pada ibu dan suaminya
tentang keluarga berencana:
1. Idealnya,
pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali.
Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin
merencanakan keluarganya. Akan tetapi, petugas kesehatan mampu merencanakan
keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan
yang tidak diinginkan.
2. Biasanya,
wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi
haidnya selama meyusui(amenorea laktasi). Oleh karena itu, metode amenorea
laktasi dapat digunakan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya
kehamilan baru. Resiko menggunakan cara ini adalah 2% kehamilan.
3. Penggunaan
kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi.
4. Sebelum
menggunakan metode KB, ada beberapa hal yang harus dijelaskan ada ibu, antara
lain :
a. Bagaimana
metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya?
b. Kelebihan
dan kekurangannya?
c. Efek
samping
d. Bagaimana
menggunakan metode ini?
e. Kapan
metode ini dapat digunakan untuk wanita pascabersalinnyang menyusui?
5. Jika
seorang ibu atau pasangan telah memilih KB tertentu, ada baiknya ibu/pasangan
berkunjung ulang 2 minggu kemudian untuk mengetahui apakah metode tersebut
bekerja dengan baik.
2.7. Tanda
Bahaya Pada Ibu Nifas
Bidan
berperan dalam menjelaskan tentang tanda-tanda bahaya selama masa nifas pada
ibu dan suaminya.
Tanda-tanda bahaya dalam masa nifas:
1. Lelah
dan sulit tidur
2. Adanya
tanda infeksi puerperalis (Demam) dimana
suhu tubuh lebih dari 38°C selama dua hari berturut-turut. Demam pada masa nifas menunjukkan adanya infeksi, yang tersering infeksi kandungan dan saluran kemih. ASI yang tidak keluar, terutama pada hari ke 3-4, terkadang menyebabkan demam disertai payudara membengkak dan nyeri. Demam ASI ini umumnya berakhir setelah 24 jam.
suhu tubuh lebih dari 38°C selama dua hari berturut-turut. Demam pada masa nifas menunjukkan adanya infeksi, yang tersering infeksi kandungan dan saluran kemih. ASI yang tidak keluar, terutama pada hari ke 3-4, terkadang menyebabkan demam disertai payudara membengkak dan nyeri. Demam ASI ini umumnya berakhir setelah 24 jam.
3. Adanya
infeksi dalam rahim. Normalnya, pada hari ke 10 rahim tidak teraba lagi.
Tanda-tanda adanya infeksi dalam rahim:
a. Demam
b. Menggigil
c. Nyeri
pada perut
d. Keluar
cairan yang berbau dari jalan lahir
e. Perdarahan
Penanganan yang bisa
dilakukan:
a. Tidur
dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki
b. Banyak
minum dan segera ke tenaga kesehatan
4. Nyeri/panas
saat berkemih, nyeri abdomen
5. Sembelit,
hemoroid
6. Sakit
kepala terus-menerus, nyeri ulu hati dan edema
7. Lokia
berbau busuk, sangat banyak (lebih dari 2 pembalut dalam 1 jam) dan disertai
nyeri abdomen
8. Puting
susu pecah dan mammae bengkak
9. Sulit
menyusui
10. Rabun senja
11. Edema,
sakit dan panas pada tungkai
2.8.
Hubungan Seksual
Bidan berperan menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang
hubungan seks selama masa nifas :
1. Nasihatkan
pasangan untuk tidak berhubungan seksual sampai luka episiotomi sembuh dan
lokia telah berhenti yang biasanya di akhir minggu ketiga
2. Beberapa
bentuk lubrikan yang larut dalam air, seperti jelly K-Y sangat diperlukan saat
berhubungan seks untuk mencegah ketidaknyamanan akibat vagina yang mungkin
telah kering (kurang hormon)
3. Ingatkan
bahwa ibu dapat mengalami penurunan keinginan berhubungan seksual karena adanya
perubahan hormone, keletihan, ketidakpuasan dengan penampilan diri dan
ketidaknyamanan (kadang berhubungan dengan luka episiotomi). Kumpulan gejala
ini dapat membuat frustasi, khusunya bagi pasangan. Pasangan dapat menemukan
cara memecahkan masalah tersebut dengan mendiskusikannya secara terbuka.
4. Untuk
mencegah kehamilan yang tidak direncanakan, nasihatkan pasangan untuk memakai
kontrasepsi ketika mereka kembali melakukan aktivitas seksual, meskipun siklus
haid ibu belum kembali
5. Secara
fisik, aman untuk memulai hubungan seks antara suami-istri ketika darah
merahberhenti dan ibu dapat memasukkan satu-dua jarinya ke dalam vagina tanpa
rasa nyeri. Ketika darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk
memulai melakukan hubungan seks kapan saja ibu siap.
6. Banyak
budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri samapi masa waktu
tertentu. Misalnya, setelah 40 hari atau 6 minggu pasca melahirkan. Keputusan
bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
2.9. Senam
Nifas
Masa nifas adalah masa
2 jam setelah lahirnya plasenta sampai enam minggu berikutnya. Pada saat hamil,
beberapa otot mengalami penguluran terutama otot rahim dan perut. Setelah
melahirkan, rahim tidak secara cepat kembali seperti semula, tetapi mengalami
proses. Oleh karena itu, untuk mengembalikan ke kondisi semula diperlukan suatu
senam yang dikenal dengan nama senam nifas.
Senam nifas adalah
senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih
kembali. Senam nifas memberikan latihan gerak secepat mungkin agar otot-otot
yang mengalami penguluran selama kehamilan dan persalinan kembali normal,
seperti sebelum hamil sehingga terhindar dari segala perasaan yang kurang
nyaman. Secara rutin, senam nifas dapat dilakukan oleh semua ibu yang telah
melahirkan secara spontan tanpa ada komplikasi. Jika ada tindakan atau
komplikasi, senam nifas masih tetap dapat dijalankan. Hanya saja perlu
disesuaikan dengan kondisi dan komplikasi yang terjadi.
Tapi pada umumnya, para ibu pasca
melahirkan takut melakukan banyak gerakan. Sang ibu biasanya khawatir
gerakan-gerakan yang dilakukannya akan menimbulkan dampak yang tidak
diinginkan. Padahal, apabila ibu bersalin melakukan ambulasi dini, itu
bisa memperlancar terjadinya proses involusi uteri (kembalinya rahim ke bentuk
semula).
Senam ini dilakukan sejak hari
pertama setelah melahirkan hingga hari kesepuluh. Dalam pelaksanannya, harus
dilakukan secara bertahap, sistematis, dan kontinyu.
Tujuan senam nifas ini di antaranya
adalah untuk :
1.
Memperbaiki sirkulasi darah
2. Memperbaiki regangan
otot abdomen/ perut setelah hamil
3. Memperbaiki regangan
otot tungkai bawah
4. Memperbaiki tonus
otot pelvis
5. Memperbaiki sikap
tubuh setelah hamil dan melahirkan
6.
Mencegah timbulnya komplikasi
7.
Meningkatkan kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot dasar
panggul
8.
Memulihkan dan menguatkan otot-otot
punggung, otot dasar panggul dan otot perut.
9.
Membantu mencegah pembentukan bekuan
(trombosis) pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan
peran sakit menjadi sehat dan tidak bergantung
10. Berguna
bagi semua system tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi dan
paru-paru.
11. Memungkinkan
tubuh ibu menjadi sembuh
Tata
Cara Melakukan Senam Nifas
Senam nifas ini
merupakan latihan yang tepat untuk memulihkan tubuh ibu dan bermanfaat juga
untuk memulihkan keadaan ibu baik psikologis maupun fisiologis. Latihan ini
dilakukan dalam waktu 5-10 kali hitungan setiap harinya dan akan meningkat
secara perlahan-lahan. Senam nifas ini dilakukan dengan berbagai macam gerakan
dan setiap gerakan mempunyai manfaat sendiri. Senam nifas dapat dilakukan
setelah enam jam persalinan.
Program senam nifas dimulai dari
tahap yang paling sederhana hingga yang sulit. Dimulai dengan mengulang tiap 5
gerakan. Setiap hari ditingkatkan sampai 10 kali. Adapun gerakan-gerakannya
sebagai berikut:
Hari pertama, ambil nafas
dalam-dalam, perut dikembungkan, kemudian napas dikeluarkan melalui mulut. Ini
dilakukan dalam posisi tidur terlentang. Latihan ini juga bisa dilakukan untuk
melatih pernafasan iga-iga
Hari kedua, tidur terlentang,
kaki lurus, tangan direntangkan kemudian ditepukkan ke muka badan dengan sikap
tangan lurus, dan kembali ke samping.
Hari ketiga, berbaring dengan
posisi tangan di samping badan, angkat lutut dan pantat kemudian diturunkan
kembali. Selain itu, sikap baik dalam mengangkat
dan menggendong bayi juga bisa dilakukan sebagai tambahan senam nifas pada hari
ketiga inis
Hari keempat, tidur terlentang,
lutut ditekuk, kepala diangkat sambil mengangkat pantat.
Hari kelima, tidur terlentang,
kaki lurus, bersama-sama dengan mengangkat kepala, tangan kanan, menjangkau
lutut kiri yang ditekuk, diulang sebaliknya.
Hari keenam, tidur terlentang,
kaki lurus, kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90o secara
bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan.
Hari ketujuh, tidur terlentang
kaki lurus kemudian kaki dibuka sambil diputar ke arah luar secara bergantian.
Hari 8, 9, 10, tidur terlentang
kaki lurus, kedua telapak tangan diletakkan di tengkuk kemudian bangun untuk
duduk (sit up).
Catatan: pekerjaan rumah yang ringan
dikerjakan setelah minggu III dan yang agak berat setelah minggu IV.
Ada berbagai faktor yang menentukan
kesiapan ibu untuk memulai senam postpartum :
1.
Tingkat kesegaran tubuhnya sebelum
kelahiran bayi
2.
Apakah ibu telah mengalami persalinan
yang lama atau sulit?
3.
Apakah bayinya tenang atau rewel?
4.
Penyesuaian postpartum yang sulit
Latihan senam nifas
penting untuk dilakukan dalam beberapa minggu pertama setelah melahirkan, namun
yang paling penting adalah beristirahat dan mengenal bayinya. Relaksasi dan
tidur sangat penting. Semua wanita akan sembuh dari persalinannya dalam waktu
yang berbeda-beda. Oleh karena itu, ibu harus bersikap ramah terhadap dirinya
sendiri.
2.10. Perawatan Bayi Sehari-Hari
Perawatan
bayi ini terdiri dari upaya menjaga kebersihan bayi, menyusui, perawatan tali
pusat dan pemberian imunisasi. Tindakan kita sebagai tenaga kesehatan adalah
memberi penjelasan dan menganjurkan ibu :
1.
Menjaga kebersihan
bayi
a.
Memandikan
bayi. Bidan berperan dalam memberikan penjelasan dan memperagakan bagaimana
cara memandikan bayi. Tujuan memandikan bayi adalah menjaga kebersihan, memberi
rasa segar, dan memberi rangsangan pada kulit. Yang harus diperhatikan pada
saat memandikan bayi adalah :
a)
Mencegah
kedinginan
b)
Mencegah
masuknya air ke dalam mulut, hidung dan telinga
c)
Memerhatikan
adanya lecet pada bokong, lipata kulit (ketiak bayi, lipatan paha dan punggung
bayi)
Perlengkapan yang dibutuhkan saat memandikan bayi adalah
ember sedang berisi air hangat, sabun bayi, handuk dan waslap serta pakaian
bayi lengkap
b.
Memberi
pakaian pada bayi. Bahan pakaian yang akan digunakan oleh bayi hendaknya yang
lembut dan mudah menyerap keringat
c.
Personal
hygiene pada bayi. Setiap kali defekasi dan berkemih, bersihkan bagian
perinealnya dengan air dan sabun, serta keringkan dengan baik. Kotoran bayi
dapat menyebabkan infeksi sehingga harus dibersihkan
2.
Menyusui
a.
Bidan
menganjurkan ibu untuk menyusui bayi sesering mungkin sesuai dengan keinginan
bayi dan kebutuhan ibu
b.
Biasanya
bayi baru meminta minum atau merasa lapar setiap 2-3 jam
c.
Pastikan
bayi menyusu paling tidak setiap 4 jam
d.
Berikan
ASI saja. Hindari pemberian susu formula, air gula, atau makanan lain karena
akan membuat isapan bayi melemah yang akan mengakibatkan produksi ASI
berkurang. Makanan padat menimbulkan alergi dan gangguan pencernaan. Beri ASI
saja sampai bayi berumur 6 bulan.
3.
Perawatan
tali pusat
a.
Sampai
tali pusat kering dan lepas, di daerah ini dapat terjadi infeksi sehingga harus
dijaga agar bersih dan kering
b.
Ibu
harus mencuci sekitar tali pusat setiap hari dengan sabun dan air
c.
Beri
tahu ibu untuk melapor ke bidan bila talli pusat berbau, ada kemerahan di sekitarnya atau mengeluarkan cairan
4.
Imunisasi
Satu bulan pertama, beri bayi imunisasi BCG untuk mencegah penyakit
tuberkulosa, vaksin polio dan vaksin hepatitis B. Imunisasi penting untuk
perlindungan bayi terhadap infeksi atau penyakit. Bayi memerlukan imunisasi
sepanjang kehidupan. Imunisasi berikutnya akan diberikan dengan masa tenggang 1
bulan. Beri tahu ibu untuk membawa bayi ke klinik untuk mendapatkan imunisasi.
Jelaskan pada ibu bahwa bayi iyang tidak diimunisasi akan lebih banyak resiko
dan efek yang timbul bila dibandingkan dengan bayi yang diimunisasi.
2.11. Pemberian Rasa Nyaman Pada Ibu Nifas
Periode post partum menyebabkan
stress emosional terhadap ibu baru, bahkan menyulitkan bila terjadi perubahan
fisik yang hebat. Faktor-faktor yang memengaruhi suksesnya masa transisi ke
masa menjadi orang tua pada masa post partum, yaitu :
1.
Respon
dan dukungan dari keluarga dan teman
2.
Hubungan
antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi
3.
Pengalaman
melahirkan dan membesarkan anak yang lain
4.
Pengaruh
budaya
Oleh karena itu, dukungan selama masa nifas sangat dibutuhkan bagi seorang ibu post partum, terutama dari orang
terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama kali melahirkan. Seorang wanita akan
merasa tenang dan nyaman dengan adanya dukungan dan perhatian dari orang –
orang terdekat.
Suami sebagai seorang
yang paling dekat, dianggap paling tahu kebutuhan istri. Setelah melahirkan, wanita mengalami perubahan
baik fisik maupun mental. Tugas penting suami yaitu memberikan perhatian dan
membina hubungan baik dengan istri, sehingga istri mengkonsultasikan setiap
saat dan setiap masalah yang dialaminya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan
selama masa nifas.
Selain itu dukungan dari anggota keluarga dan lingkungan akan membuat ibu
merasa bahwa orang-orang si sekeliling memerhatikannnya, salah satu cara yang
bisa dilakukan adalah dengan melakukan doa bersama untuk
keselamatan ibu dan bayi dari ibu – ibu pengajian/ perkumpulan/kegiatan yang
berhubungan dengan sosial/ keagamaan.
2.12. Memfasilitasi Menjadi Orang Tua
Pada seorang wanita, pengalaman melahirkan memberikan
kontribusi besar dalam pembentukancitra diri sebagai seorang ibu. Masa ini
disebut sebagai masa peralihan. Menurut Schumacher dan Meleis (1994), masa
peralihan mengalami perubahan besar, antara lain perubahan identitas, peran,
hubungan, kemampuan dan perilaku.
Kondisi yang memengaruhi pengalaman pada masa peralihan
adalah pemahaman, harapan, tingkat pengetahuan, lingkungan, tingkat
perencanaan, serta kondisi fisik dan emosional yang baik. Komponen psikologis
proses adaptasi adalah pengalaman awal orang tua dengan cinta kasih, penerimaan
figur sebagai orang tua, memiliki rasa percaya diri dan perhatian terhadap
perkembangan bayi. Nilai dan kenyamanan ini mencakup sikap terhadap kelembutan
dan memberi perhatian terhadap kebutuhan bayi.
Klauss dan Kennel menggunakan batasan attachment dan bounding. Kontak ibu dan
bayi segera setelah lahir adalah hal yang sangat penting. Kontak (fisik
dan psikologis) antara ibu dan bayi yang merupakan modal awal untuk terbinanya
hubungan kasih sayang antara orang tua/ibu dan anak. Attachment adalah proses penggabungan berdasarkan cinta dan
penerimaan yang tulus dari orang tua terhadap anaknya dan memberi dukungan
asuhan dalam perawatannya. Bounding adalah masa sensitif pada menit pertama dan
beberapa jam setelah kelahiran ketika kontak ibu dan ayah ini menentukan tumbuh
kembang anak menjadi optimal.
Walker (1992) mengidentifikasi dua kunci komponen
definisi sentuhan, yaitu kasih sayang yang mengikatdan kekhususan sesuatu yang
abadi dan keterkaitan. Nilai-nilai untuk memenuhi sentuhan :
1.
Kesehatan
emosi orang tua
2.
Sistem bantuan sosial, mencakup pasangan, teman dan
keluarga
3.
Tingkat
kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memberi peralihan
4.
Kedekatan
orang tua dan bayi
5.
Orang
tua dan bayi sehat
Perilaku orang tua yang
dapat mempengaruhi ikatan kasih sayang antara orang tua terhadap bayi baru
lahir, terbagi menjadi:
1.
Perilaku memfasilitasi.
2.
Perilaku penghambat.
2.13. Perilaku Memfasilitasi
1.
Menatap, mencari ciri khas anak.
2.
Kontak mata.
3.
Memberikan perhatian.
4.
Menganggap anak sebagai individu yang
unik.
5.
Menganggap anak sebagai anggota
keluarga.
6.
Memberikan senyuman.
7.
Berbicara/bernyanyi.
8.
Menunjukkan kebanggaan pada anak.
9.
Mengajak anak pada acara keluarga.
10.
Memahami perilaku anak dan memenuhi
kebutuhan anak.
11.
Bereaksi positif terhadap perilaku anak.
Perilaku Penghambat
1.
Menjauh dari anak, tidak memperdulikan
kehadirannya, menghindar, menolak untuk menyentuh anak.
2.
Tidak menempatkan anak sebagai anggota
keluarga yang lain, tidak memberikan nama pada anak.
3.
Menganggap anak sebagai sesuatu yang
tidak disukai.
4.
Tidak menggenggam jarinya.
5.
Terburu-buru dalam menyusui.
6.
Menunjukkan kekecewaan pada anak dan
tidak memenuhi kebutuhannya.
Respon
orang tua terhadap bayinya dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu:
1.
Faktor internal.
2.
Faktor eksternal.
Faktor Internal
Yang termasuk faktor
internal antara lain genetika, kebudayaan yang mereka praktekkan dan
menginternalisasikan dalam diri mereka, moral dan nilai, kehamilan sebelumnya,
pengalaman yang terkait, pengidentifikasian yang telah mereka lakukan selama
kehamilan (mengidentifikasikan diri mereka sendiri sebagai orang tua, keinginan
menjadi orang tua yang telah diimpikan dan efek pelatihan selama kehamilan.
Faktor Eksternal
Yang termasuk faktor
eksternal antara lain perhatian yang diterima selama kehamilan, melahirkan dan
postpartum, sikap dan perilaku pengunjung dan apakah bayinya terpisah dari
orang tua selama satu jam pertama dan hari-hari dalam kehidupannya.
Kondisi yang
Mempengaruhi Sikap Orang Tua Terhadap Bayi
- Kurang
kasih sayang.
- Persaingan
tugas orang tua.
- Pengalaman
melahirkan.
- Kondisi
fisik ibu setelah melahirkan.
- Cemas
tentang biaya.
- Kelainan
pada bayi.
- Penyesuaian
diri bayi pascanatal.
- Tangisan
bayi.
- Kebencian
orang tua pada perawatan, privasi dan biaya pengeluaran.
- Gelisah
tentang kenormalan bayi.
- Gelisah
tentang kelangsungan hidup bayi.
- Penyakit
psikologis atau penyalahgunaan alkohol dan kekerasan pada anak.
Respon Antara Ibu dan
Bayi Sejak Kontak Awal Hingga Tahap Perkembangannya
1.
Touch (Sentuhan).
Ibu memulai dengan sebuah ujung jarinya untuk memeriksa bagian kepala dan
ekstremitas bayinya. Perabaan digunakan sebagai usapan lembut untuk menenangkan
bayi.
2.
Eye to Eye Contact (Kontak
Mata). Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan segera.
Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan
dan rasa percaya sebagai faktor yang penting dalam hubungan manusia pada umumnya.
3.
Odor
(Bau Badan). Indera penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik
dan masih memainkan peran dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Indera
penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya Asi
pada waktu tertentu.
4.
Bodi Warm
(Kehangatan Tubuh). Jika tidak ada komplikasi yang serius, seorang ibu akan
dapat langsung meletakkan bayinya di atas perut ibu, baik setelah tahap kedua
dari proses melahirkan atau sebelum tali pusat dipotong. Kontak yang segera ini
memberi banyak manfaat baik bagi ibu maupun si bayi yaitu terjadinya kontak
kulit yang membantu agar si bayi tetap hangat.
5.
Voice
(Suara). Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing-masing. Orang tua akan
menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan itu, ibu menjadi tenang
karena merasa bayinya baik-baik saja (hidup). Bayi dapat mendengar sejak dalam
rahim, jadi tidak mengherankan jika ia dapat mendengarkan suara-suara dan
membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara-suara itu terhalang
selama beberapa hari oleh sairan amniotik dari rahim yang melekat dalam
telinga.
6.
Entrainment
(Gaya Bahasa). Bayi baru lahir menemukan perubahan struktur pembicaraan dari
orang dewasa. Artinya perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi kultur, jauh
sebelum ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Dengan demikian terdapat
salah satu yang akan lebih banyak dibawanya dalam memulai berbicara (gaya
bahasa). Selain itu juga mengisyaratkan umpan balik positif bagi orang tua dan
membentuk komunikasi yang efektif.
7.
Biorhythmicity
(Irama Kehidupan). Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan
irama alamiah ibunya seperti halnya denyut jantung. Salah satu tugas bayi
setelah lahir adalah menyesuaikan irama dirinya sendiri. Orang tua dapat
membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh kasih sayang secara
konsisten dan dengan menggunakan tanda keadaan bahaya bayi untuk mengembangkan
respon bayi dan interaksi sosial serta kesempatan untuk belajar.
2.14. Membantu Ibu Untuk Menyusui
Bukti menunjukkan bahwa bila ibu tahu cara yang benar untuk memposisikan
bayinya pada payudaranya, menyusui pada waktu yang diinginkan bayinya, serta
memperoleh dukungan dan merasa percaya diri dalam memberi ASI maka berbagai
kesulitan yang umum dapat dihindari/dicegah.
Peranan bidan dalam mendukung
pemberian ASI:
1.
Yakinkan
ibu bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara ibunya
2.
Bantulah
ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri dengan cara:
a.
Biarkan
bayi bersama ibunya segera setelah dilahirkan selama beberapa jam pertama
b.
Ajarkan
cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul
c.
Bantulah
ibu pada waktu pertama kali memberi ASI
d.
Bayi
harus ditempatkan di dekat ibunya (rawat gabung/rooming in). Dengan demikian,
ibu dapat dengan mudah menyusui bayinya. Ibu harus belajar mengenali
tanda-tanda yang menunjukkan bahwa bayinya lapar.
e.
Memberikan
ASI pada bayi sesering mungkin
f.
Hanya
berikan kolostrum dan ASI saja. Makanan lain termasuk air dapat membuat bayi
sakit dan menurunkan persediaan ASI. Ibu memproduksi ASI bergantung pada
seberapa banyak ASI yang diisap bayinya
g.
Hindari
susu botol dan dot “empeng”. Susu botol dan empeng membuat bayi bingung dan
dapat membuatnya menolak puting ibunya atau tidak mengisap dengan baik karena
mekanisme mengisap botol atau empeng berbeda dari mekanisme mengisap puting
susu pada payudara ib
Posisi dan cara menyusui
Posisi ibu dan bayi yang benar saat menyusui, yaitu:
1.
Berbaring
miring
Posisi ini amat baik untuk pemberian ASI yang pertama
kali atau bila ibu merasa lelah atau merasa nyeri. Ini biasanya dilakukan pada
ibu menyusui yang melahirkan melalui operasi caesar. Yang harus diwaspadai dari
teknik ini adalah pertahankan jalan nafas bayi agar tidak tertutup oleh
payudara ibu. Oleh karena itu, ibu harus selalu didampingi oleh orang lain
ketika menyusui
2.
Duduk
Posisi ini penting unutk memberi topangan atau sandaran
pada punggung ibu, dalam posisinya tegak lurus (90O)terhadap
pangkuannya. Ini mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila, di atas tempat
tidur, di lantai atau duduk di kursi.
Langkah-langkah menyusui yang
benar sebagai berikut :
1.
Sebelum
menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting dan areola
payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfeksi dan menjaga kelembapan
puting susu
2.
Bayi
diposisikan menghadap perut atau payudara ibu
3.
Ibu
duduk atau berbaring dengan santai. Bila duduk, lebih baik menggunakan kursi
yang rendah (agar kaki tidak mengantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi
4.
Bayi
dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah dan bokong bayi disokong
dengan telapak tangan)
5.
Satu
tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang lain di depan
6.
Perut
bayi menempel pada badan ibu dan kepala bayi menghadap payudara
7.
Telinga
dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
8.
Ibu
menatap bayi dengan kasih sayang
9.
Payudara
dipegang dengan ibu jari di atas dan
jari lain menopang di bawah (posisi C
Hold di belakang areola). Jangan menekan puting atau areola saja
10.
Bayi
diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara menyentuh
pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi dengan jari. Setelah
bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan
puting serta areola payudara dimasukkan ke mulut bayi
11.
Usahakan
sebagian besar areola payudara dapat masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu
berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari
tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola payudara. Posisi yang
salah, yaitu bila bayi hanya mengisap pada puting susu saja, yang akan
mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu lecet
12.
Setelah
bayi mulai mengisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi
13.
Jika
bayi sudah dirasa cukup kenyang maka hentikan proses menyusui dengan memasukkan
kelingking ke dalam mulut bayi menyusuri langit-langit mulut bayi.
14.
Kadang
bayi akan tertidur sendiri sebelum proses menyusui diakhiri (menunjukkan bayi
sudah tidak lapar lagi)
Tanda-tanda pelekatan yang benar, antara lain :
1.
Tampak
areola masuk sebanyak mungkin. Areola bagian atas lebih banyak terlihat
2.
Mulut
terbuka lebar
3.
Bibir
atas dan bawah terputar keluar
4.
Dagu
bayi menempel pada payudara
5.
Gudang
ASI termasuk dalam jaringan yang masuk
6.
Jaringan
payudara meregang sehingga membentuk “dot” yang panjang
7.
Puting
susu sekitar 1/3-1/4 bagian “dot” saja
8.
Bayi
menyusu pada payudara, bukan puting susu
9.
Lidah
bayi terjulur melewati gusi bawah (di bawah gudang ASI), melingkari “dot”
jaringan payudara
Tanda-tanda pelekatan yang
salah, antara lain :
1.
Tampak
sebagian besar kalang payudara/areola mammae berada di luar
2.
Hanya
puting susu atau disertai sedikit areola yang masuk ke mulut bayi
3.
Seluruh
atau sebagian gudang ASI berada di luar mulut bayi
4.
Lidah
tidak melewati gusi (berada di depan puting susu) atau lidah sedikit sekali
berada di bawah gudang ASI
5.
Hanya
puting susu yang menjadi “dot”
6.
Bayi
menyusu pada puting
7.
Bibir
“mencucu” atau monyong
8.
Bibir
bawah terlipat ke dalam sehingga menghalangi pengeluaran ASI oleh oleh lidah
Upaya memperbanyak ASI
1.
Menyusui
bayi setiap 2-3 jam (10-12 kali) dengan lama menyusui 10-15 menit di setiap
payudara. Jika bayi tidak minta diberi ASI, anjurkan ibu untuk memberikan
ASI-nya pada bayi setidaknya setiap 4 jam. Namun, selama 2 hari pertama setelah
lahir, beberapa bayi tidur panjang selama 6-8 jam.
2.
Bangunkan
bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa gerah, dan duduklah selama meyusui
3.
Pastikan
bayi menyusui dalam posisi menempel yang baik dan dengarkan suara menelan yang
aktif
4.
Susui
bayi di tempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap kali habis menyusui
5.
Tidurlah
bersebelahan dengan bayi
6.
Ibu
harus meningkatkan istirahat dan minum
7.
Petugas
kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya dan mengoreksi setiap kali
terdapat masalah pada posisi penempelan
8.
Yakinkan
bahwa ia dapat memproduksi susu lebih banyak dengan melakukan hal-hal tersebut
Selain beberapa hal penting tersebut, bidan juga harus menyampaikan
pendidikan kesehatan kepada ibu menyusui antara lain :
1.
Mengonsumsi
tambahan kalori setidaknya 500 kalori sehari
2.
Makan
dengan diet berimbang untuk mendapatkan cukup kalori, protein, vitamin dan
mineral
3.
Minum
sedikitnya 3 liter setiap hari
4.
Pil
zat besi harus diminum untuk menambah gizi, setidaknya selama 40 hari setelah
kelahiran
5.
Minum
kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayi
melalui ASI
2.15. Persiapan Pasien Pulang
1.
Mengajari ibu tanda-tanda bahaya.
Ajarkan ibu jika melihat hal-hal berikut atau perhatikan bila ada sesuatu yang
tidak beres, sehingga perlu menemui seorang bidan dengan segera :
- Peradarahan
hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi haid biasa
atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut dalam waktu
setengah jam)
- Pengeluaran
cairan vaginal dengan bau busuk yang keras.
- Rasa
nyeri di perut bagian bawah atau punggung.
- Sakit
kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik, atau masalah penglihatan.
- Pembengkakan
pada wajah dan tangan.
- Demam,
muntah, rasa sakit saat berkemih atau merasa tidak enak badan.
- Payudara
merah, panas, dan/ atau sakit.
- Kehilangan
selera makan untuk waktu yang lama.
- Rasa
sakit, warna merah, nyeri tekan, dan/ atau pembengkakan pada kaki.
- Merasa
sedih dan merasa tidak mampu mengurus diri sendiri dan bayinya.
- Merasa
sangat letih atau napas terengah-engah.
2.
Mengajari ibu proses fisiologis masa
pasca bersalin dan perilaku yang baik pada kondisi tersebut.
- Pengeluaran
lokia. Setelah bersalin, rahim berusaha
memulihkan keadaannya sendiri dengan cara membersihkan lapisan bagian luar
dan membangun kembali lapisan baru dari dalam. Ketika ia menguras lapisan
lama. Kotoran tersebut akan keluar melalui vagina seperti aaat datng
bulan. Warna dan konsistensinya akan berubah seiring waktu. Jelaskan
tentang jumlah dan konsistensi yang normal dari lokia. Sangat penting
menjaga kebersihan, mengganti pembalut secara teratur, dan menjaga vagina
tetap kering dan bersih.
- Nyeri
setelah kelahiran pada fundus. Melas terjadi
karena rahim berkontraksi agar ia dapat kembali ke keadaan sebelum hamil.
Selain itu, dipengaruhi oleh pemberian obat-obatan dan proses menyusui.
Ada beberapa hal yang dapat ibu lakukan untuk mengatasi rasa nyeri, antara
lain:
·
Cegah agar kandung kemih tidak penuh.
·
Berbaring telungkup dengan sebuah bantal
di bawah perut.
·
Mandi, duduk, berjalan-jalan, atau
mengubah posisi.
·
Minum parasetamol kira-kira satu
jamsebelum menyusui.
·
Pastikan ibu mengerti bahwa kontraksi
ini sangat penting untuk mengendalikan perdarahan.
- Perineum.
Vagina dan vulva akan sedikit memerah, bengkak,
lecet, dan nyeri, mungkin juga terluka. Selain itu, terasa lebih lembut.
Biasanya akan hilang setelah 1-2 minggu. Tindakan untuk mengurangi rasa
nyeri :
·
Kompres es
·
Rendam duduk
·
Latihan kegel
- Hemoroid.
Sangat wajar terjadi hemoroid karena tekanan kepala dan upaya meneran. Ada
beberapa hal untuk mengurangi rasa nyeri ini, yaitu :
·
Rendam duduk
·
Hindari duduk terlalu lama
·
Banyak minum dan makanan berserat
·
Bidan dapat menggunakan salep
Nupercainal
- Diuresis/
diaphoresis. Saat hamil, telah menyimpan cairan
yang banyak. Setelah lahir, tubuh membuangnya lewat urine dan keringat.
Hal ini terjadi pada minggu pertama pascabersalin. Anjurkan ibu untuk
tidak menghambat proses ini. Tetaplan minum air putih yang banyak, hindari
menahan berkemih, kenakan pakaian yang menyerap keringat, dan lain-lain.
- Bengkak
dan pembesaran payudara. Lakukan beberapa
hal berikut :
·
Kompres hangat payudara dengan kain atau
handuk yang dihangatkan, atau mandi air hangat.
·
Jika bengkak, perah ASI secara manual
sebelum memberikannya kepada bayi.
·
Jika bayi sudah kenyang dan payudara
masih penuh, perah susu secara manual.
·
Gunakan BH/ bra yang baik.
·
Jika perlu minum parasetamol untuk
mengurangi rasa sakit.
- Hubungan
seksual. Dapat dilakukan pada minggu ke-2
sampai minggu ke-4 jika tidak ada perdarahan dan luka episiotomy sudah
sembuh. Untuk mengurangi rasa nyeri, gunakan lubrikasi. Penetrasi peneis
harus hati-hati.
2.16. Anticipatory Guidance (Petunjuk Antisipasi)
- Ibu
1)
Perawatan perineum.
2)
Perawatan payudara untuk ibu yang
menyusui.
3)
Perawatan payudara selama pembesaran
(distensi).
4)
Latihan pengencangan abdomen.
5)
Latihan perineum.
6)
Aktivitas/ latihan.
7)
Nutrisi.
8)
Istirahat.
9)
Personal hygiene.
10)
Normalitas baby blues.
11)
Tanda-tanda bahaya, meliputi:
· Demam
atau kedinginan.
· Perdarahan
berlebihan.
· Nyeri
abdomen.
· Nyeri
berat atau bengkak pada payudara.
· Nyeri
atau hangat pada betis, dengan atau tanpa edema tungkai.
· Depresi.
12)
Bagaimana menghubungi bidan atau
sumber-sumber lain.
13)
Kapan kembali untuk mengevaluasi pasca
partus atau kapan kontrak melalui telepon.
b.
Bayi
1)
Informasi edukasi bagi ibu menyusui.
2)
Jika memberikan susu dari botol :
·
Penyiapan dan penyimpanan susu formula.
·
Perawatan dan penyiapan botol dan dot
susu.
·
Bagaimana memegang bayi ketika member
susu dengan botol.
·
Bagaimana memegang botol ketika member
susu.
3)
Menyendawakan
4)
Memandikan bayi termasuk mengeramasi
5)
Memakaikan pakaian :
·
Bagaimana memakaikan pakaian bayi
· Berapa
banyak pakaian yang harus disediakan sesuai dengan keadaan lingkungan dan suhu.
6)
Membersihkan dan merawat penis bagi bayi
laki-laki
7)
Perawatan perineum bagi bayi wanita.
8)
Perawatan tali pusat.
9)
Bagaimana mengangkat, memeluk, dan
menggendong bayi.
10)
Bagaimana mengganti popok dan apa yang
harus dilakukan dengan popok tersebut.
11)
Pencegahan dan penanganan ruam popok
12)
Bagaimana mengukur suhu tubuh bayi dan
bagaimana membaca thermometer.
13)
Memberikan dot daripada membiarkan bayi
menghisap jempol atau telapak tangan.
14)
Arti menangis :
· Lapar.
· Perlu
diganti popoknya.
· Perlu
diubah posisi atau posisi yang tidak nyaman.
· Nyeri,
misalnya sakit tertusuk peniti popok.
· Perlu
kasih sayang (digendong atau dibelai).
· Pakaian
atau pembungkus terlalu ketat.
15)
Panggil orang yang memberikan perawatan pediatric atau bawa ke dokter jika
terjadi hal-hal berikut :
·
Demam.
·
Diare.
·
Kongesti pernapasan.
·
Pemberian makan buruk.
·
Menangis akibat gelisah yang terus
menerus.
·
Ikterus (bayi kuning).
·
Perilaku lesu, tidak ada perhatian saat
terjaga.
16)
Pentingnya check up dan imunisasi
- Ibu
dalam hubungannya dengan orang lain
1)
Sibling rivally.
2)
Kebutuhan dan ketakutan pasangannya.
3)
Transisi hubungan keluarga.
4)
Keluarga Berencana (KB).
5)
Memulai kembali hubungan seksual :
· Waktu
untuk memulai kembali sangat ditentukan oleh kebutuhan dan kenyamanan.
· Metode
alternatif untuk memuaskan kebutuhan seksual pada masa nifas.
· Masalah
privasi, gangguan, dan reflex let down pada wanita menyusui.
· Posisi
alternatif untuk hubungan seksual.
· Penggunaan
preparat hormon atau pelumas untuk ketidaknyamanan.
6)
Kebutuhan waktu untuk bersama dengan
pasangannya dan berpisah dengan bayinya.
2.17. Deteksi Dini Komplikasi Ibu Nifas
Normalnya, ibu nifas akan
mengalami beberapa tanda dan gejala berikut.
1)
Lelah dan sulit tidur
2)
Adanya tanda dan infeksi puerperalis
(demam)
3)
Nyeri/ panas saat berkemih, nyeri
abdomen
4)
Sembelit, hemoroid
5)
Sakit kepala terus menerus, nyeri ulu
hati, dan edema
6)
Lokia berbau busuk yang sangat banyak
(lebih dari 2 pembalut dalam 1 jam) dan dibarengi nyeri abdomen
7)
Putting susu pecah dan mamae bengkak
8)
Sulit menyusui
9)
Rabun senja
10)
Edema, sakit, dan panas paada tungkai
Sebagian besar kematian
ibu terjadi selama masa pascapersalinan. Oleh karena itu, sangat penting bagi
ibu dan keluargannya mengenal tanda bahaya dan perlu mencari pertolongan
kesehatan. Beberapa bahaya ibu nifas, meliputi:
1)
Perdarahan per vaginam yang luas biasa
banyak atau yang tiba-tiba bertambah banyak (lebih banyak dari perdarahan haid
biasa atau bila memerlukan pergantian pembalut dua kali dalam setengah jam)
2)
Pengeluaran per vaginam yang baunya
menusuk
3)
Rasa sakit bagian bawah abdomen atau
punggung
4)
Sakit kepala yang terus menerus, nyeri
ulu hati, atau masalah penglihatan
5)
Pembengkakan wajah atau tangan
6)
Demam, muntah, rasa sakit waktu buang
air kecil, atau merasa tidak enak badan
7)
Payudara yang berubah merah, panas dan
terasa sakit
8)
Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang
lama
9)
Rasa sakit, merah, nyeri tekan, dan/atau
pembengkakan kaki
10)
Merasa sangat sedih atau tidak mampu
mengasuh sendiri bayinya atau diri sendiri
11)
Merasa sangat letih atau napas
terengah-engah
2.17.1. Perdarahan Per Vaginam
Perdarahan per vaginam melebihi 500 ml setelah
bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pascapersalinan. Terdapat beberapa
masalah mengenai definisi ini, yaitu:
1.
Perkiraan kehilangan darah biasanya
tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari biasanya,
darah tersebut bercampur dengan darah amnion atau urin. Darah tersebar dalam spon,
handuk dan kain di dalam ember dan lantai.
2.
Volume darah yang hilang juga
bervariasi. Kekurangan darah dapat diketahui dari kadar hemoglobin itu. Seorang
ibu dengan kadar Hb normal dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah
yang mungkin dapat menyebabkan anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia
pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
3.
Perdarahan dapat terjadi secara lambat
dalam jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini mungkin tidak dikenli sampai
terjadi syok.
Penilaian risiko pada saat antenatal tidak dapat
memperkirakan terjadinya perdarahan pascapersalinan. Penanganan aktif kala III
sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin. Hal ini dapat menurunkan
insiden perdarahan pascapersalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca
persalinan harus dipantau dengan ketat untuk kemungkinan perdarahan fase
persalinan.
2.17.2. Infeksi Masa Nifas
Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi
pascapersalinan. Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi angka
kematian ibu (AKI). Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas.
Infeksi yang meluas ke saluran urinary payudara dan pembedahan merupakan
penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi dapat dilihat dari suhu
pembengkakan takikardia dan malaise. Gejala lokalnya berupa uterus lembek,
kemerahan, rasa nyeri pada payudara, atau adanya disuria.
Ibu berisiko infeksi postpartum karena adanya luka
pada bekas pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genital, termasuk
episiotomy pada perineum, dinding, vagina, dan serviks. Infeksi pasca secsio
sesaria mungkin terjadi. Penyebab infeksi adalah bakteri endogen dan eksogen.
Faktor predisposisi meliputi nutrisi
yang buruk, defisiensi zat besi, persalinan lama, rupture membrane, episiotomy
dan seksio sesaria. Gejala klinis endometritis tampak pada hari ke-3 post
partum disertai suhu yang mencapai 39° C dan takikardia, sakit kepala, kadang
terdapat uterus yang lembek. Ibu yang mengalami kondisi ini harus diisolasi.
1.
Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, dan
Penglihatan Kabur
Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit
kepala hebat atau penglihatan kabur. Penanganan terhadap gangguan ini meliputi
:
1)
Jika ibu sadar, periksa nadi, tekanan
darah, dan pernapasan.
2)
Jika ibu tidak bernapas, periksa dan
lakukan ventilasi dengan masker dan balon. Lakukan intubasi jika perlu. Dan
jika pernapasan dangkal, periksa dan bebaskan jalan napas serta beri oksigen
4-6 liter per menit.
3)
Jika pasien tidak sadar/ koma, bebaskan
jalan napas, baringkan miring, ukur suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk.
2.
Pembengkakan Wajah dan Ekstremitas
Bila terjadi gekala ini, periksa adanya varises,
periksa kemerahan pada betis, dan periksa apakah tulang kering, pergelangan
kaki, atau kaki mengalami edema (perhatikan adanya edema putting, jika ada)
3.
Demam, Muntah, dan Nyeri Berkemih
Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih
berasalndari flora normal perineum. Telah terdapat bukti bahwa beberapa galur
Escherichia coli memiliki pili yang meningkatkan virulensinnya(Svanborg Eden,
1982).
Pada masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih
terhadap tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma
persalinan atau analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung
kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh
episiotomy yang lebar, laserisasi periuretra, atau hematoma dinding vagina.
Setelah melahirkan, terutama saat infuse oksitosin dihentikan, terjadi dieresis
yang disertai peningkatan produksi urin dan distensi kandung kemih.
Overdistensi yang disertai kateterisasi untuk mengeluarkan air kemih sering
menyebabkan infeksi saluran kemih
4.
Payudara Bengkak
Payudara bengkak yang tidak disuse secara adekuat
dapat menyebabkan payudara menjadi merah, panas terasa sakit, dan akhirnya
terjadi masititis. Putting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya
payudara bengkak. BH/ bra yang terlalu ketat mengakibatkan engorgement
segmental. Bila payudara ini tidak disusukan dengan adekuat, dapat terjadi
mastitis.
Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia
mudah mengalami infeksi. Gejala gangguan ini meliputi :
1)
Bengkak dan nyeri pada seluruh payudara
atau lokal.
2)
Kemerahan pada seluruh payudara atau
hanya lokal.
3)
Payudara keras dan berbenjol-benjol
(merongkol).
4)
Panas badan dan rasa sakit umum.
Gangguan
ini dapat diatasi dengan :
1)
Menyusui tetap dilanjutkan. Pertama,
bayi disusukan pada payudara yang sakit selama dan sesering mungkin. Hal ini
dapat dilakukan agar payudara kosong. Selanjutnya, sukan bayi pada payudara
yang normal.
2)
Beri kompres panas. Hal ini dapat
dilakukan dengan dengan menggunakan shower hangat atau lap basah panas pada
payudara yang terkena.
3)
Ubah posisi menyusui dari waktu ke
waktu, yaitu dengan posisi berbaring, uduk dan posisi memegang bola (football
position).
4)
Pakai BH longgar.
5)
Istirahat yang cukup dan makan an yang
bergizi.
6)
Banyak minum (2 liter per hari)
Dengan penatalaksanaan tersebut, biasanya peradangan
akan menghilang setelah 48 jam, dan jarang sekali yang menjadi abses, tetapi
apabila dengan cara-cara tersebut tidak ada perbaikan setelah 12 jam, ibu perlu
diberi antibiotic selama 5-10 hari dan analgesik.
5.
Kehilangan Nafsu Makan yang Lama
Sesudah bayi lahir, ibu akan merasa lelah dan
mungkin juga lemas karena kehabisan tenaga. Hendaknya ibu lekas diberi minuman
hangat, susu, kopi, atau the yang bergula. Apabila ibu menghendaki makanan,
berikan makanan yang sifatnya ringan. Walaupun lambung dan alat pencernaan
tidak terlibat langsung dalam proses persalinan, tetapi fungsi perncernaan
dipengaruhi oleh proses persalinan.
Organ pencernaan memerlukan waktu istirahat untuk memulihkan keadaanya. Oleh
karena itu, tidak benar bila ibu diberi makanan terlalu banyak, walaupun ibu
menginginkannya. Akan tetapi, biasanya, disebabkan oleh adanya kelelahahan yang
amat berat, nafsu makan terganggu, sehingga ibu tidak ingin makan sampai
kelelahan hilang.
6.
Thrombus Vena
Selama masa nifas, dapat terbentuk thrombus pada
vena-vena yang terdapat di pelvis yang mengalami dilatasi. Faktor predisposisi
gangguan ini meliputi :
1.
Obesitas
2.
Peningkatan umur maternal dan tinggikan
paritas
3.
Riwayat sebelumnya
4.
Anestesi dan pembedahan dengan
kemungkinan trauma yang lama pada pembuluh vena
5.
Anemia maternal
6.
Hipotermia atau penyakit jantung
7.
Endometritis
8.
Varikostritis
Manifestasi gangguan ini meliputi timbul secara
akut, timbul rasa nyeri akibat terbakar, dan nyeri tekan pada permukaan.
7.
Perasaan Sedih Ibu Nifas
Pada beberapa minggu awal setelah persalinan sampai
kurang lebih 1 tahun. Ibu postpartum cenderung mengalami perasaan yang tidak
lazim dialaminya, seperti merasa sedih, tidak mampu mengasuh dirinya sendiri
dan bayinya. Factor penyebab keadaan ini meliputi :
1.
Kekecewaan emosional bercampur rasa
takut yang dialami oleh kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan.
2.
Rasa nyeri pada awal masa nifas.
3.
Kelelahan akibat kurang tidur selama
persalinan.
4.
Kecemasan tentang kemempuannya untuk
merawat bayi setelah meninggalkan rumah sakit.
5.
Ketakutan akan menjadi tidak menarik
lagi.
2.18. Health Education
2.18.1. Nutrisi
Tidak ada
kontraindikasi dalam pemberian nturisi setelah persalinan. Ibu harus mendapat
nutrisi yang lengkap dengan tambahan kalori sejak sebelum hamil (200-500 kal)
yang akan mempercepat pemulihan kesehatan dan kekuatan, meningkatkan kualitas
dan kuantitas ASI, serta mencegah terjadinya infeksi.
Ibu nifas memerlukan
diet untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi, mencegah konstipasi, dan
untuk memulai proses pemberian ASI eksklusif. Suplemen zat besi dapat diberikan
kepada ibu nifas selama 4 minggu pertama setelah kelahiran.
Gizi ibu menyusui
dibutuhkan untuk produksi ASI dan pemulihan kesehatan ibu, kebutuhan gizi yang
perlu diperhatikan, yaitu:
1)
Makanan dianjurkan seimbang antara
jumlah dan mutunya
2)
Banyak minum, setiap hari harus lebih
dari 6 gelas
3)
Makan makanan yang tidak merangsang,
baik secara termis, mekanis, atau kimia untuk menjaga kelancaran pencernaan
4)
Batasi makanan yang berbau keras
5)
Gunakan bahan makanan yang dapat
merangsang produksi ASI, misalnya sayuran hijau
Diet dalam masa nifas
harus bergizi, bervariasi dan seimbang. Diet ini sebaiknya mengandung tinggi
kalori. Pada wanita dewasa, kebutuhan kalori sebesar 2200 kkal, sedangkan untuk
ibu menyusui diperlukan tambahan 700 kkal untuk 6 bulan pertama setelah
melahirkan dan selanjutnya 500 kkal. Kalori ini terdiri dari karbohidrat, lemak
dan protein. Total makanan yang dikonsumsi dianjurkan mengandung 50-60%
karbohidrat. Makanan sumber karbohidrat, antara lain nasi, kentang, roti, ubi,
mie, jagung, dan berbagai makanan jajanan yang berasal dari tepung. Bahan
makanan sumber lemak adalah keju, susu, santan, mentega, dan nargarin. Fungsi
lemak untuk ibu menysui sebagai daya tahan tubuh. Fungsi protein untuk
membentuk jaringan baru dan memproduksi air susu, jumlah protein sekitar 10-15%
dari total makanan. Pada wanita dewasa, kebutuhan seharinya 51 gram, sedangkan
pada ibu menyusui perlu tambahan 16 gram pada bulan pertama, selanjutnya 12
gram. Makanan sumber protein seperti tempe, tahu, kacang-kacangan, daging,
telur, hati dan ikan. Mineral yang paling utama adalah zat besi, sedangkan
vitamin yang paling utama adalah vitamin C untuk mencegah anemia, serat untuk
membantu ekskresi dan meningkatkan tonus otot serta cairan yang cukup.
Kebutuhan cairan ibu menyusui minimal 2 liter sehari. Pemberian tablet zat besi
untuk ibu nifas selama 40 hari dan 1 kapsul A. Pada pemberian obat tidak boleh minum
kopi atau teh pada saat minum tablet zat besi karena dapat mencegah penyerapan
zat besi dan jelaskan dan tablet zat besi dapat membuat feses menjadi hitam,
menimbulkan konstipasi, dan mungkin rasa mual. Ibu dianjurkan untuk mengonsumsi
makanan yang mengandung tinggi kalori (karbohidrat, lemak, dan protein)
mengandung zat besi, sayuran hijau, daging, hati, telur, dan banyak minum. Jika
ibu menyusui, anjurkan untuk makan 4-5 kali sehari dan minum segelas cairan
setiap selesai menyusui. Kafein dan nikotin harus dihindari, seperti kopi,
cokelat, soda, dan makanan awetan. Makanan dan minuman yang dikonsumsi dapat
memengaruhi bayinya melalui air susu. Contoh menu untuk ibu menyusui, yaitu:
Makan pagi : nasi, urap sayur, ikan
bandeng goreng, kudapan (donat dan yoghurt).
Makan siang : nasi, ayam goring,
rempeyek, rebon, sayur nangka, jeruk, kudapan (kolak pisang).
Makan malam : nasi, semur daging, pepes
tahu, cap cay, papaya, kudapan (ubi merah goreng).
Vitamin adalah zat
organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil. Umumnya tidak
dapat dibentuk oleh tubuh. Fungsi umum vitamin adalah sebagai zat pengatur
pertumbuhan dan pemeliharaan yang diperlukan oleh tubuh. Vitamin dalam
penggunaannya dapat rusak akibat dari penyimpanan dan pengolahan.
Karakteristik vitamin
A, meliputi larut dalam lemak; nama generic semua retinoid provitamin A/
karotenoid; mempunyai aktivitas asam, oksidasi, dan suhu tinggi; bentuk aktif
hanya terdapat pada pangan hewani dan nabati sebagai provitamin A berperan
dalam berbagai fungsi faali tubuh, yaitu:
1)
Fungsi penglihatan. Fungsi ini membantu
mata dalam beradaptasi pada keadaan gelap terang.
2)
Diherensiasi sel. Pada tahap
perkembangan/ pembentukan vitamin mampu membantu perkembangan:
a.
Sperma dan sel telur
b.
Struktur dan organ tubuh janin, bayi,
anak, dewasa dan masa tua
3)
Kekebalan. Pertumbuhan dan diferensiasi
limfosit B (leukosit pada proses kekebalan humoral)
4)
Pertumbuhan dan perkembangan. Vitamin
berpengaruh pada sintesis protein.
5)
Reproduksi. Fungsi ini membantu
pembentukan sperma dan sel telur aerta pertumbuahn janin.
6)
Pencegahan kanker dan penyakit jantung.
Sebagai antioksidan untuk meningkatkan kekebalan.
2.18.2. Hygiene
Sering membersihkan
area perineum akan meningkatkan kenyamanan dan mencegah infeksi. Tindakan ini
paling sering menggunakan air hangat yang dialirkan (dapat ditambah larutan
antiseptic) ke atas vulva perineum setelah berkemih atau defekasi, hindari
penyemprotan langsung. Ajarkan ibu untuk membersihkan sendiri.
Pasien yang harus
istirahat di tempat tidur (mis hipertensi, post-seksio sesaria) harus dibantu
mandi setiap hari dan mencuci daerah perineum dua kali sehari dan setiap
selesai eliminasi. Setelah ibu mampu mandi sendiri (dua kali sehari), biasanya
daerah perineum dua kali sehari dan setiap selesai eliminasi. Setelah ibu mampu
mandi sendiri (dua kali sehari), biasanya daerah perineum dicuci sendiri.
Penggantian pembalut hendaknya sering dilakukan, setidaknya setelah
membersihkan perineum atau setelah berkemih atau defekasi. Luka pada perineum
akibat episiotomy, rupture, atau laserasi merupakan daerah yang tidak mudah
untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Tindakan membersihkan vulva dapat
memberi kesempatan untuk melakukan inspeksi secara seksama daerah perineum.
Payudara juga harus
diperhatikan kebersihannya. Jika putting terbenam, lakukan masase payudara
secara perlahan dan tarik keluar.
Pada masa postpartum, seorang ibu akan rentan terhadap
infeksi. Untuk itu, menjaga kebersihan sangat penting untuk mencegah infeksi.
Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan
lingkungannya. Ajari ibu cara membersihkan genitalia, ia harus mencuci tangan
sampai bersih. Pada waktu mencuci daerah anusnya yang terakhir. Ibu harus
mengganti pembalut sedikitnya dua kali sehari. Jika ia menyusui bayinya,
anjurkan untuk menjaga kebersihan payudaranya.
Alat kelamin wanita ada
dua, yaitu alat kelamin luar dan dalam. Vulva adalah alat kelamin luar wanita
yang terdiri dari berbagai bagian, yaitu kommissura anterior, kommissura
interior, labia mayora, labia minora, klitoris, prepusium klitoris, orifium
uretra, orifisium vagina, perineum anterior, dan perineum posterior.
Robekan perineum
terjadi pada semua persalinan, dan biasanya robekan terjadi digaris tengah dan
dapat meluas apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Perineum yang dilalui
bayi biasanya mengalami peregangan, lebam, dan trauma. Rasa sakit pada perineum
semakin parah jika perineum robek atau disayat pisau bedah. Seperti sama luka
baru, area episiotomy atau luka sayatan membutuhkan waktu untuk sembuh, yaitu 7
hingga 10 hari.
Infeksi dapat terjadi,
tetapi sangat kecil kemungkinannya jika luka perineum dirawat dengan baik.
Selama di rumah sakit, dokter akan memeriksa perineum setidaknya sekali sehari
untuk memastikan tidak terjadi peradangan atau tanda infeksi lainnya. Dokter
juga akan member intruksi cara menjaga perineum pascapersalinan untuk mencegah.
2.18.3. Perawatan Perineum
Bidan
berperan menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang perawatan perineum selama
masa nifas:
1.
Anjurkan ibu untuk tidak menggunakan
tampon pascapartum karena resiko terkena infeksi. Pembalut perineum biasanya
digunakan dengan dilengkapi pengikat yang cukup bersih (pembalut yang dapat
menyerap adalah yang berpenampung, pada umumnya darah dapat bergerak lebih
banyak saat ibu berjalan dan dapat menyebabkan kontaminasi dari daerah anus ke
area episiotomi dan vagina yang terbuka). Banyak ibu muda yang tidak pernah
mempunyai pengalaman mengenakan sabuk pelindung ini dan kendala ini memerlukan
bantuan yaitu saat pertama kali menggunakannya (beberapa institusi bahkan
menggunakan celana berlubang sempit yang menjaga pembalut tetap di tempatnya).
2.
Jelaskan perkembangan perubahan lokia
dari rubra ke serosa hingga menjadi lokia alba.
3.
Anjurkan ibu untuk menyimpan dan
melaporkan bekuan darah yang berlebihan serta pembalut yang dipenuhi darah
banyak. Ibu juga harus melaporkan bila ada kegagalan perubahan lokia dari rubra
ke serosa, atau kembali ke rubra dari serosa.
4.
Ajari ibu cara mengganti pembalut setiap
kali berkemih atau defekasi, dan setelah mandi pancuran atau rendam duduk.
5.
Ibu dapat menggunakan kompres es
sesegera mungkin dengan menggunakan
sarung tangan atau bungkus es untuk mencegah edema.
6.
Ajari ibu untuk menggunakan botol
perineum yang diisi air hangat atau sebuah surgigator setelah setiap berkemih
untuk mencuci perineum dan meningkatkan penyembuhan.
7.
Ajari pentingnya membersihkan perineum
dari arah depan (meatus urinarium) ke arah belakang (daerah anus) untuk
mencegah kontaminasi ke arah episiotomi yang berasal dari daerah anus.
8.
Ajari langkah-langkah memberikan rasa
nyaman pada area hemoroid.
9.
Jelaskan pentingnya mengosongkan kandung
kemih secara adekuat. Natu ibu yang mengalami kesulitan berkemih dengan tetap
memerhatikan privasi, menyarankannya untuk menyiramkan air hangat di atas perineum,
menganjurkan ambulasi serta menguraikan teknik visualisasi.
10. Identifikasi
gejala Infeksi Saluran Kemih. Jelaskan pentingnya asupan cairan yang adekuat
(sedikitnya 2000 ml setiap hari).
Perawatan perineum 10 hari :
1)
Ganti pembalut wanita yang bersih setiap
4-6 jam. Posisikan pembalut dengan baik sehingga tidak bergeser.
2)
Lepaskan pembalut dari arah depan ke
belakang menghindari penyebaran bakteri dan anus vagina.
3)
Alirkan atau bilas dengan air hangat/
cairan antiseptic pada area perineum setelah defekasi. Keringkan dengan kain
pembalut atau handuk dengan cara ditepuk-tepuk, dan dari arah depan ke
belakang.
4)
Jangan dipegang sampai area tersebut
pulih.
5)
Rasa gatal pada area sekitar jahitan
adalah normal dan merupakan tanda penyembuhan. Namun, untuk meredakan rasa
tidak enak, atasi dengan mandi berendam air hangat atau kompres dingin dengan
kain pembalut yang telah didinginkan.
6)
Berbaring miring, hindari berdiri atau
duduk lama untuk mengurangi tekanan pada daerah tersebut.
7)
Lakukan latihan kegel sesering mungkin
guna merangsang peredaran darah disekitar perineum. Dengan demikian, akan
mempercepat penyembuhan dan memperbaiki fungsi otot-otot. Tidak perlu terkejut
bila tidak merasakan apa pun saat pertama kali berlatih karena area tersebut
akan kebal setelah persalinan dan pulih secara bertahap dalam beberapa minggu.
2.18.4. Isitarahat Dan Tidur
Ibu nifas membutuhkan
istirahat dan tidur yang cukup. Istirahat sangat penting untuk ibu yang
menyusui. Tindakan rutin di rumah sakit hendaknya tidak mengganggu istirahat
dan tidur ibu. Setelah selama Sembilan bulan ibu mengalami kehamilan dengan
beban kandungan yang begitu berat, banyak keadaan yang mengganggu lainnya, dan
proses persalinan yang melelahkan, ibu membutuhkan istirahat yang cukup untuk
memulihkan keadaannya. Istirahat ini dapat dilakukan dengan tidur siang atau
tidur malam. Jika ibu mengalami kesulitan tidur di malam hari dan ia tampak
gelisah, perlu diwaspadai. Waspadai juga bila ibu mengalami gangguan psikosis
selama nifas.
Seorang wanita yang
dalam masa nifas dan menyusui memerlukan waktu lebih banyak untuk istirahat
karena sedang dalam proses penyembuhan, terutama organ-organ reproduksi dan
untuk kebutuhan menyususi bayinya. Bayi biasanya terjaga saat malam hari. Hal
ini akan mengubah pola istirahat ibu. Oleh karena itu ibu dianjurkan untuk
istirahat (tidur) saat bayi sedang tidur. Ibu dianjurkan untuk menyesuaikan
jadwalnya dengan jadwal bayi dan mengejar kesempatan untuk istirahat, jika ibu
kurang istirahat akan mengakibatkan berkurangnya jumlah produksi ASI,
memperlambat proses involusi, memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi, dan
menimbulkkan rasa ketidakmampuan merawat bayi.
2.18.5. Ambulasi
Ambulasi sedini mungkin
sangat dianjurkan, kecuali ada kontraindikasi. Ambulasi ini akan meningkatkan
sirkulasi dan mencegah risiko tromboflebitis, meningkatkan fungsi kerja
peristaltic dan kandung kemih, sehingga mencegah distensi abdominal dan
konstipasi. Ambulasi ini dilakukan secara bertahap sesuai kekuatan ibu.
Terkadang ibu nifas enggan untuk banyak bergerak karena merasa letih dan sakit.
Jika keadaan tersebut tidak segera diatasi, ibu akan terancam mengalami
thrombosis vena. Untuk mencegah terjadinya thrombosis vena, perlu dilakukan
ambulasi dini oleh ibu nifas.
Pada persalinan normal
dan keadaan ibu normal, biasanya ibu diperbolehkan untuk mandi dan ke WC dengan
bantuan orang lain, yaitu pada 1 atau 2 jam setelah persalinan. Sebelum waktu
ini, ibu harus diminta untuk melakukan
latihan menarik napas dalam serta latihan tungkai yang sederhana dan harus duduk
serta mengayunkan tungkainya ditepi tempat tidur.
Sebaiknya, ibu nifas
turun dari tempat tidur sedini mungkin setelah persalinan. Ambulasi dini dapat
mengurangi kejadian komplikasi kendung kemih, konstipasi, thrombosis vena
puerperalis, dan emboli pulmunol. Disamping itu, ibu merasa lebih sehat dan
kuat serta dapat segera merawat bayinya. Ibu harus didorong untuk berjalan dan
tidak hanya duduk di tempat tidur. Pada ambulasi pertama, sebaiknya ibu dibantu
karena pada saat ini biasanya ibu merasa pusing ketiaka pertama kali bangun
setelah melahirkan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pada pemberian asuhan kebidanan
ibu nifas meliputi diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi. Bidan harus
melakukan evaluasi secara terus menerus, hal ini dilakukan untuk mengetahui
kesehatan ibu dan mendeteksi adanya komplikasi dalam kehamilan. Bidan
memberikan asuhan untuk mengatasi gangguan rasa nyeri ibu nifas, serta
mengatasi infeksi dan rasa cemas guna memberikan kenyamanan pada ibu dalam masa
nifas. Penjelasan tentang gizi, KB, tanda bahaya, hubungan seksual, senam
nifas, asuhan bayi sehari-hari penting untuk diberikan pada ibu nifas.
Ibu dalam masa nifas
sangat membutuhkan kenyamanan, maka bidan harus mampu memberikan kenyamanan
yang di butuhkan ibu. Memfasilitasi sebagai orangtua diberikan pada ibu guna
membantu ibu dalam mempersiapkan diri sebagai orangtua. Pada sebagian ibu dalam
menyusui masih harus diberikan bantuan.
Persiapan pasien pulang
diberikan untuk ibu dengan mengajari ibu tanda-tanda bahaya dan proses-proses
fisiologis yang terjadi pada ibu nifas. Ptunjuk antisipasi pada masa nifas
diperlukan agar ibu dapat mengantisipasi dirinya dalam masa nifas. Berbagai
kompliksi nungkin saja terjadi pada ibu dalam masa nifas, pentingnya deteksi
dini dalam masa ini adalah ibu dapat menyadari ketika timbulnya tanda-tanda
bahaya ibu nifas sehinggga perlunya bagi bidan memberikan pendidikan kesehatan
(heslth education).
3.2
Saran
Diharapkan sebagai
seorang bidan dapat memberikan asuhan yang sesuai dengan manajemen kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun.2009. Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal. Jakarta:EGC.
Duncan,
Margareth.2000.Perawatan Maternitas. Bandung:
Yayasan ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran.
Fraser, Diane.2009.Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta:EGC
Varney, Helen.2007.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2.
Jakarta:EGC.