Kamis, 12 Juni 2014

Askeb Nifas

Memberikan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

Meliputi Diagnosa, Perencanaan, Tindakan Dan Evaluasi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  .     Latar Belakang
Mortalitas dan morbilitas pada wanita hamil dan bersalin adalah msalah besar di Negara berkembang. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita pada puncak produktivitasnya (Sarwono Prawirohardjo, 2000). Angka kematian ibu maternal berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi kesehatan ibu dan anak, kondisi kesehatan lingkungan, dan tingkat pelayanan kesehatan lingkungan. Tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, inu waktu melahirkan dan masa nifas.
Dalam hal ini bidan merupakan ujung tombak pemberi pelayanan kesehatan khususnya kepada masyarakat senantiasa berupaya meningkatkan mutu pelayanan sesuai standar professional. Untuk dapat memberikan asuhan kebidanan yang baik dituntut adanya tenaga bidan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi kebidanan, ketramppilan, pelayanan serta professional sehingga didapatkan pelayanan kebidanan yang bermutu, ilmiah dan bertanggung jawab.
Keluhan nyeri merupakan keluhan yang paling umum kita temukan atau dapatkan ketika kita sedang melakukan tugas kita sebagai bagian dari tim kesehatan, baik itu di tataran pelayanan rawat jalan maupun rawat inap. Kadang kala kita sering menganggap hal itu sebagai hal yang biasa sehingga perhatian yang kita berikan tidak cukup memberikan hasil yang memuaskan di mata pasien. Nyeri sesunggguhnya tidak hanya melibatkan persepsi dari suatu sensasi, tetapi berkaitan juga dengan respon fisiologis, psikologis, sosial, kognitif, emosi dan perilaku, sehingga dalam penangananyapun memerlukan perhatian yang serius dari semua unsur yang terlibat di dalam pelayanan kesehatan, untuk itu pemahaman tentang nyeri dan penanganannya sudah menjadi keharusan bagi setiap tenaga kesehatan, terutama perawat yang dalam rentang waktu 24 jam sehari berinteraksi dengan pasien.
Dahulu infeksi nifas merupakan sebab kematian maternal yang paling penting, akan tetapi berkat kemajuan ilmu Kebidanan khususnya pengetahuan tentang sebab-sebab infeksi nifas serta pencegahannya dan penemuan obat-obat baru seperti sulfa, antibiotik dan lainnya di negara-negara maju peranannya sebagai penyebab kematian berkurang

1.2  .     Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dalam penulisan Makalah ini adalah:
1.      Bagaimana cara Bidan dalam memberikan Evaluasi secara terus menerus pada ibu nifas?
2.      Apa saja hal-hal yang berhubungan dengan Evaluasi secara terus menerus?
3.      Bagimana cara mengatasi gangguan rasa nyeri pada ibu nifas?
4.      Bagaimana cara mengatasi infeksi yang berhubungan dengan masa nifas?
5.      Bagaimana cara mengatasi rasa cemas pada ibu nifas?
6.      Bagaimana cara memberikan penjelasan gizi, KB, tanda-tanda bahaya, hubungan seksual, senam nifas, perawatan perineum, dan asuhan bayi sehari-hari pada ibu nifas?
7.      Bagaimana cara memberikan kenyamanan pada ibu nifas?
8.      Bagaimana cara memfasilitasi ibu nifas untuk menjadi orang tua?
9.      Bagaimana cara memberikan pengarahan pada ibu agar bisa menyusui bayinya dengan baik?
10.  Apa saja persiapan untuk pasien pulang?
11.  Bagaimana petunjuk antisipasi untuk ibu nifas?
12.  Bagaimana deteksi dini komplikasi pada ibu masa nifas?
13.  Bagaimana pendidikan kesehatan (health aducation) bagi ibu nifas?


1.3  .     Tujuan
Adapun Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Mengetahui kesehatan ibu dan mendeteksi adanya komplikasi dalam kehamilan dalam Evaluasi secara terus menerus.
2.      Memahami dalam mengatasi rasa nyeri pada ibu nifas.
3.      Mengetahui dalam mengatasi infeksi pada ibu nifas.
4.      Memahami tentang upaya-upaya yang dilakukan  dalam mengatasi rasa cemas pada ibu nifas.
5.      Mengetahui cara memberikan penjelasan gizi, KB, tanda-tanda bahaya, hubungan seksual, senam nifas, perawatan perineum, dan asuhan bayi sehari-hari pada ibu nifas.
6.      Mengetahui cara memberikan kenyamanan pada ibu nifas.
7.      Mengetahui cara memfasilitasi ibu nifas untuk menjadi orang tua.
8.      Mengetahui cara memberikan pengarahan pada ibu agar bisa menyusui bayinya dengan baik.
9.      Mengetahui persiapan pasien pulang..
10.  Mengetahui petunjuk antisipasi ibu nifas.
11.  Mengetahui deteksi dini kompliksi pada ibu nifas.
12.  Mengethui pendidikan kesehatan (health aducation) bagi ibu nifas.

1.4  .     Metode
Metode yang dilakukan dalam penulisan Makalah ini adalah studi pustaka dan searching internet





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya placenta sampai enam minggu berikutnya. Waktu yang tepat dalam rangka pengaeasan Post Partum adalah 2-6 jam, 2jam-6hari, 2jam-6minggu (atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari dan 6 minggu ).Saat setelah kelahiran bayi dan keluarnya plasenta, ibu memasuki masa penyembuhan fisik dan psikologis (Ball 1994, Hytten 1995). Dari sudut pandang medis dan fisiologis, masa ini disebut dengan nifas, yang dimulai sesaat setelah keluarnya plasenta dan selaput janin lahir serta berlanjut hingga 6 Minggu.
Memberikan Asuhan Kebidanan ibu nifas meliputi diagnose, perencanaan, tindakan dan Evaluasi mengenai hal-hal berikut :
2.1.        Evaluasi Secara Terus Menerus
Masa nifas adalah masa (kira-kira 6 minggu) setelah kelahirkan bayi, selama tubuh ibu beradaptasi ke keadaan sebelum hamil, disebut juga puerperium. Dalam praktik masa kini, banyak ibu yang dipulangkan ke rumah setelah 1-2 hari pasca melahirkan. Asuhan kebidanan selama masa ini berfokus pada pengkajian terhadap perkembangan komplikasi yang mungkin terjadi dan penyuluhan pasien. Bidan harus  menggunakan setiap kesempatan untuk menjelaskan perubahan fisiologis normal kepada ibu, sehingga ia mampu mengenali penyimpangan dan mencari pertolongan pemberi asuhan, jika komplikasi timbul.
Bidan harus melakukan evaluasi secara terus menerus selama masa nifas. Selain itu, memantau kondisi ibu setiaap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam ke dua. Bidan boleh meninggalkan ibu setelah dua jam pertama jika terdapat tanda-tanda bahaya. Asuhan masa nifas dirangkum dalam 2-6 jam, 2-6 hari, dan 2-6 minggu, namun waktu spesifik ini tidak diinterpretasikan secara kaku. Akan lebih baik lagi jika bidan memantau kondisi ibu satu kali dalam sehari pada setiap kunjungan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kesehatan ibu dan mendeteksi adanya komplikasi dalam kehamilan.
Evaluasi secara terus menerus, meliputi:
1.      Meninjau ulang data
a.       Catatan intrapartum dan antepartum (jika tidak diketahui atau merupakan kunjungan pertama)
b.      Jumlah jam atau hari postpartum
c.       Catatan pengawasan dan perkembangan sebelumnya
d.      Catatan suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah postpartum
e.       Catatan hasil laboratorium
f.       Catatan pengobatan
2.      Mengkaji riwayat
a.       Ambulasi: apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau mandiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi.
b.      Berkemih: bagaimana frekuensinya, jumlah, apakah ada nyeri, atau disuria
c.       Defekasi: Bagaimana frekuensinya, jumlah, dan konsistensinya
d.      Nafsu makan: apa yang ia makan, seberapa sering, apakah asa rasa panas pada peru, mual, dan muntah
e.       Gangguan ketidaknyamanan atau nyeri: lokasinya, kapan, tipe nyeri, dan apa yang dapat mengurangi nyeri tersebut
f.       Psikologis ibu: bagaimana perhatian terhadap dirinya dan bayinya, perasaan terhadap ibunya, dan perasaan terhadap persalinan
g.      Istirahat dan tidur: apakah ibu mengalami  gangguan tidur, apakah ibu mengalami kelelahan
h.      Menyusui: Bagaimana proses menyusui dikaitkan dengan dirinya dan bayi, apakah ada reaksi antara ibu dan bayinya selama menyusui, apakah ada masalah atau pertanyaan (misal waktu menyusui, posisi, rasa sakit pada puting,atau pembengkakan)
3.      Pemeriksaan fisik
a.       Mengukur tekanan darah, suhu, nadi, dan pernapasan
b.      Memeriksa payudara dan putting, apakah ada pembengkakan atau lecet pada putting dan infeksi
c.       Memeriksa abdomen, terdiri dari palpasi uterus(memastikan kontraksi baik) dan kandung kemih
d.      Memeriksa lokia: bagaimana jumlah,warna, konsistensi, dan bau.
e.       Memeriksa perineum: bagaimana penyembuhan(adakah edema, hematoma, nanah, luka yang terbuka, dan hemoroid)
f.       Memeriksa kaki: adakah varises, edema, tanda Homan. Reflex, nyeri tekan, kemerahan pada betis

2.2.      Mengatasi rasa nyeri
 Gangguan rasa nyeri dan ketidaknyamanan masa nifas banyak terjadi, walaupun tanpa komplikasi saat melahirkan. Bidan diharapkan dapat memberikan asuhan  terhadap gangguan rasa  nyeri dan ketidaknyamanan tersebut yang diuraikan sebagai berikut:
1.      After Pain atau kram perut
Sejak dulu Afterpain dihubungkan multiparitas dan menyusui. Namun, ibu dapat mengalami afterpain meskipun sebelumnya belum pernah hamil ataupun menyusui(Mender 1998, Merchant et al 1999). Deskripsi afterpain dalam buku pendidikan bagi orangtua menunjukkan bahwa nyeri ini merupakan bentuk ketidaknyamanan ringan dan lebih merupakan isu ketidaknyamanan. Meskipun demikian, ibu sendiri mendeskripsikan  nyeri tersebut setara dengan  nyeri sedang pada persalinan(Merchant et al 1999). Penatalaksanaan afterpain adalah dengan pemberian analgesic yang tepat, jika mungkin, diberikan sebelum menyusui karena produksi oksitosin akibat respons pengeluaran ASI mengaktivasi kontraksi uterus dan menyebabkan nyeri. Penjelasan mengenai afterpain akan bermanfaat bagi ibu. Perlu juga dijelaskan bahwa ibu mungkin akan mengalami perdarahan hebat, bahkan dapat berupa bekuan darah. Nyeri pada uterus yang bersifat terus menerus atau terasa pada saat palpasi abdomen tampaknya tidak berkaitan dengan afterpain dan perlu penyelidikan mengenai hal ini. Para ibu mungkin merasa bingung antara afterpain  dengan nyeri akibat flatus, khususnya setelah persalinan operatif atau saat mereka mengalami konstipasi. Peredaan  penyebab cenderung meredakan gejala.

Hal ini disebabkan oleh adanya serangkaian kontraksi dan relaksasi yang terus menerus pada uterus. Gangguan ini lebih banyak terjadi pada wanita dengan paritas yang banyak(multipara) dan wanita menyusui.
Cara yang efektif untuk mengurangi after pain adalah dengan mengosongkan kandung kemih yang penuh  dan menyebabkan kontraksi uterus tidak optimal. Ketika kandung kemih kosong, ibu dapat telungkup dengan bantal.
 Hal ini akan menjaga kontraksi dan menghilangkan nyeri. Beri tahu ibu bahwa ketika ia telungkup pertama kali, ia akan merasakan kram yang hebat selama 5 menit sebelum nyeri hilang. Pada keadaan ini dapat juga diberi analgesic(parasetamol, asam mefenamat. Codein, atau asetaminofen).
2.      Pembengkakan Payudara
Diperkirakan bahwa pembengkakan pembesaran payudara disebabkan kombinasi akumulasi dan stasis air susu serta peningkatan vaskularitas dan kongesti. Kombinasi ini mengakibatkan kongesti lebih lanjut karena stasis stasis lebih lanjut karena stasis limfatik dan vena. Hal ini terjadi saat pasokan air susu meningkat, pada sekitar hari ketiga pascapartum baik pada ibu menyusui, dan berakhir sekitar 24 hingga 48 jam.
Pebengkakan payu dara terjadi juga karena adanya gangguan antara akumulasi air susu dan meningkatnya vaskularitas dan kongesti. Hal tersebut menyebabkan penyumbatan pada saluran limfa dan vena, terjadi pada hari ke 3 post partum baik pada ibu menyusui maupun tidak menyusui dan berakhir kira-kira 24-48 jam.
 Saat suplai air susu masuk kedalam payudara, pembesaran payudara dimulai dengan perasaan berat saat payudara mulai terisi. Payudara mulai distensi, tegang, dan nyeri tekan saat disentuh. Kulit terasa hangat saat disentuh, dengan vena dapat terlihat, dan tegang dikedua sisi payudara. Putting payudara lebih keras dan menjadi sulit bagi bayi untuk mengisapnya. Pada beberapa wanita, nyeri tekan payudara menjadi nyeri hebat, terutama jika bayi mengalami kesulitan dalam menyusu, atau jika ia tidak menggunakan penyangga payudara yang baik. Meskipun pembesaran bukanlah proses inflamasi, peningkatan metabolism akibat produksi air susu dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh ringan. Demam lebih tinggi dari 38C menunjukkan adanya mastitis atau infeksi lain.
Tindakan untuk menurunkan rasa nyeri bergantung pada apakah wanita menyusui. Untuk wanita yang tidak menyusui, tindakan ditujukan terhadap pemulihan ketidaknyamanan dan penghentian laktasi. Meskipun dahulu berbagai medikasi digunakan untuk membantu menekan produksi air susu pada wanita yang memberikan susu formula, tidak ditemukan medikasi tanpa resiko bagi wanita, ataupun obat yang beber-bener efektif. Sejak food and drug bromokriptin(parlodel) pada tahun 1989, tidak ada medikasi yang disetujui untuk penggunaan di Amerika serikat.
Wanita yang memilih memberikan susu formula perlu memahami bahwa mereka  membentuk suplai air susu, yang menyebabkan pembesaran. Mereka perlu diajarkan untuk menggunakan BH atau bebat payudara untuk menyangga payudara dengan kuat, mengangkatnya, bukan menekan kea rah dinding dada. Wanita dengan payudara menggantung perlu menambahkan gulungan dibawah payudara dengan menggunakn linen atau handuk tipis, disematkan sedemikian rupa pada tempatnya sehingga memberikan sanggaan yang baik pada payudara.
 Waktu dua jam setelah melahirkan merupakan waktu yang baik sekali untuk mendorong ibu agar menyusui jika ia menginginkannya. Bayi sedang berada pada keadaan siaga dan siap untuk disusui. Pemberian ASI pada saat ini akan membantu kontraksi uterus dan menolong mencegah perdarahan.
Penindihan masa menyusui(usaha untuk mencegah atau menghentikan perkembangan ASI)dilakukan  jika wanita memutuskan untuk tidak menyusui atau pada kasus kematian sebelum melahirkan.
Tanda dan gejala gangguan ini meliputi ibu merasa payudaranya bengkak dan mengalami distensi, kulit payudara menjadi mengilat dan merah, payudara hangat jika disentuh, vena pada payudara terlihat,, payu dara nyeri, terasa keras, dan penuh. Cara mengurangi pembengkakan antara lain:
1)      Untuk ibu menyusui
a.       Menyusui sesering mungkin
b.      Menyusui setiap 2-3 jam sekali secara teratur tanpa makanan tambahan
c.       Gunakan kedua payudara saat menyusui
d.      Gunakan air hangat pada payudara, dengan menempelkan kain atau handuk yang hangat pada payudara
e.       Jika ada pembengkakan atau jika payudara masih terasa penuh setelah menyusui, lakukan pengeluaran ASI secara manual
f.       Gunakan bra yang kuat untuk menyangga payudara, pastikan bahwa bra tidak menekan payudara karena dapat menyebabkan penekanan lebih lanjut
g.      Letakan kantong es pada payudara diantara waktu menyusui untuk mengurangi nyeri
h.      Minum parasetamol atau asetaminofen untuk mengurangi rasa nyeri
2)      Bagi ibu yang tidak menyusui
a.       Gunakan bra yang kuat menyangga payudara dan tepat ukurannya
b.      Letakkan kantong es pada payudara untuk mengurangi rasa nyeri dan menghalangi aliran ASI
c.       Yakinlah diri bahwa itu hanya terjadi selama 24-48 jam
d.      Hindari masase payudara dan memberi sesuatu yang hangat pada payudara karena dapat meningkatkan produksi ASI
e.       Minum parasetamol atau asetaminofen untuk menghilangkan nyeri
3.      Nyeri perineum
Tanpa menghiraukan persalinan mengakibatkan trauma perineum, ibu cenderung merasakan memar disekitar vagina dan jaringan perineum selama beberapa hari pertama setelah persalinan. Para ibu yang mengalami cedera perineum hingga penyembuhan terjadi (McCandlish et al 1998, Sleep 1995, Wylie 2002). Dikatakan bahwa dampak trauma perineum secara signifikan memperburuk  pengalaman pertama menjadi ibu bagi kebanyakan wanita karena derajad nyeri yang dialami dan dampaknya terhadap aktivitas hidup sehari-hari (McCandlish et al 1998, Sleep 1995).  Trauma fisiologis dan psikologis jangka panjang juga terjadi.
Nyeri perineum dapat disebabkan oleh episiotomy, laserasi atau jahitan. Sebelum memberikan asuhan, sebaiknya bidan mengkaji apakah nyeri yang dialami ibu normal atau ada komplikasi, seperti hematoma atau infeksi. Asuhan yang dapat diberikan untuk  nyeri perineum, yaitu :
a.       Letakkan kantong es di daerah genital untuk mengurangi rasa nyeri, selama ±20 menit, 2 atau 3 kali sehari
b.      Lakukan rendam duduk dalam air hangat atau dingin sedalam 10-15 cm selama 30 menit, 2 atau 3 kali sehari. Perhatikan kebersihan bak mandi agar tidak terjadi infeksi (tidak dilakukan pada ibu dengan jahitan di perineum)
c.       Lakukan latihan kegel untuk meningkatkan sirkulasi di daerah tersebut dan membantu memulihkan tonus otot. Untuk melakukan hal ini, bayangkan otot perineum sebagai elevator. Ketika rileks, elevator tersebut berada di lantai satu. Secara perlahan kontraksikan otot anda mencapai lantai empat, tahan selama beberapa detik, kemudian secara perlahan rileks kembali. Gerakan ini dapat dilakukan kapanpun.
d.      Minum parasetamol/ asetaminofen untuk mengurangi nyeri

2.3.      Mencegah Infeksi
1.      Infeksi Genital
Ibu berisiko mengalami infeksi postpartum karena adanya luka pada area pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genital, dan episiotomy pada perineum. Penyebab infeksi adalah bakteri endogen dan eksogen. Faktor predisposisi infeksi meliputi nutrisi yang buruk, defisiensi zat besi , persalinan lama, ruptur membran, episiotomi, atau secsio sesaria.
Gejala klinis endometritis tampak pada hari ke-3 postpartum disertai suhu mencapai 39º C, takikardia, sakit kepala, kadang terdapat uterus yang lembek. Untuk itu, ibu harus diisolasi. Infeksi genital dapat dicegah dengan menjaga kebersihan daerah vulva, vagina dan perineum. Pembalut harus diganti dengan teratur dan sering. Hal ini untuk menghindari gesekan antara anus dan vulva ketika mengangkat pembalut karena dapat memindahkan organism dari anus sehingga mengontaminasi vulva dan perineum. Ketika melepaskan pembaluh harus dari arah depan ke belakang.
2.      Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih dapat terjadi karena kurang menjaga kebersihan dan lebih sering terjadi jika terdapat retensi urine, kurangnya asupan cairan dan latihan. Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan vulva, tidak menahan kencing, minum lebih banyak, melakukan latihan, dan menghindari konstipasi.
3.      Infeksi Saluran Pernapasan Atas
Bidan yang sedang flu berat seharusnya tidak dekat dengan ibu dan bayi atau menggunakan masker jika berada didekat mereka sehingga tidak terjadi infeksi silang. Demikian juga dengan anggota keluarga yang sedang sakit.
4.      Infeksi Payudara
Infeksi payudara seperti mastitis dan abses dapat terjadi karena manajemen laktasi yang tidak benar yang dapat menyebabkan trauma pada puting sehingga merupakan tempat masuknya kuman pathogen. Hal ini dapat dicegah dengan Manajemen Laktasi yang benar dan menyusui bayinya on demand.

2.4.      Mengatasi rasa cemas
Peran bidan disini menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang bagaimana mengatasi rasa cemas selama masa nifas, antara lain:
1.      Bidan dapat memperhatikan dan memberi ucapan selamat atas kehadiran bayinya yang dapat member perasaan senang pada ibu.
2.      Dalam memberikan dukungan, bidan dapat melibatkan suami, keluarga, dan teman dalam merawat bayinya sehingga beban ibu berkurang. Hal ini akan menciptakan hubungan baik antara ibu dan keluarga, ibu dan bidan atau bidan dan keluarga.
3.      Bidan dapat memberi informasi atau konseling mengenai kebutuhan ibu selama periode ini, sehingga membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai ibu.
4.      Bidan dapat mendukung pendidikan kesehatan, termasuk pendidikan dalam perannya sebagai orang tua.
5.      Bidan juga dapat membantu dalam hubungan ibu dan bayinya serta penerimaan bayi dalam keluarga.
6.      Bidan juga dapat berperan sebagai teman bagi ibu dan keluarga dalam memberi nasihat:
a.       Bagi ibu
·         Ibu dianjurkan untuk mendidik dirinya. Bila ada riwayat depresi dalam keluarga, ibu beresiko mengalami depresi setelah melahirkan.ibu harus mengetahui tanda-tandanya. Depresi ini dapat diobati.
·         Ibu dianjurkan menerima apa yang dirasakan. Perubahan yang tiba-tiba atau mood swings merupakan hal yang normal setelah melahirkan. Sharon Thomson, Ph.D, seorang ahli psikologi dijaringan CIGNA Behavioral Health, berpendapat, “izinkan diri anda untuk berbicara mengenai perasaan, baik yang positif maupun negatif”
·         Ibu dianjurkan berterus terang. Dr.Thomson mengusulkan agar ibu meminta pertolongan sehubungan dengan bayi barunya. Tidak saja untuk hal-hal yang bersifat fisik tetapi juga untuk dukungan emosional. Dengan mampu mengatakan, “saya perlu istirahat. Maukah anda mengawasi bayiku?”. Orang akan mudah menolong bila mereka tahu apa yang anda butuhkan.
b.      Bagi keluarga, menurut Dr. Thomson bidan harus menjadi orang penuh perhatian. Dengarkan ungkapan perasaan ibu, tetapi jangan memperbaikinya. Katakana padanya bahwa anda memperhatikannnya.
7.      Waspadai gejala depresi. Tanyakan pada ibu apa yang dirasakan serta apakan ia dapat makan dan tidur dengan nyaman.

2.5.      Gizi Untuk Ibu Nifas
Masa nifas atau masa menyusui adalah masa yang sangat penting, hal ini dikarenakan setelah ibu melahirkan akan memerlukan waktu untuk memulihkan kembali kondisinya dan mempersiapkan ASI sebagai makanan pokok untuk bayinya.
Dalam masa nifas ibu membutuhkan gizi yang cukup. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25 % atau tiga kali dari kebutuhan biasa karena makanan yang dikonsumsi berguna untuk proses kesembuhan, melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, dan terutama untuk memproduksi ASI.
ASI sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi ibu sangat berpengaruh pada jumlah ASI yang dihasilkan, ibu menyusui disarankan memperoleh tambahan zat makanan 800 Kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktifitas ibu itu sendiri
Sebuah teori, maternal depletion syndrome menyatakan bahwa status gizi ibu setelah peristiwa kehamilan dan persalinan, kemudian diikuti masa laktasi, tidak segera pulih dan ditambah lagi pemenuhan gizi yang kurang, jumlah paritas yang banyak dengan jarak kehamilan yang pendek, akan menyebabkan ibu mengalami drainage gizi. Akibatnya ibu akan berada dalam status gizi yang kurang dengan akibat lebih lanjut pada ibu dan anaknya. Oleh karena itu, ibu yang menyusui anaknya harus diberikan pengetahuan tentang gizi.
Gizi ibu nifas tetap berpedoman pada 4 sehat 5 sempurna dengan menu seimbang. Kuantitas dan kualitas makanan ibu yang baik pada saat nifas akan mempengaruhi produksi ASI. Jika keadaan gizi ibu baik secara kuantitas, akan terproduksi ASI lebih banyak daripada ibu dengan gizi kurang. Sedangkan secara kualitas tidak banyak dipengaruhi kecuali lemak, vitamin dan mineral.

Penyuluhan yang bisa diberikan bidan untuk ibu nifas antara lain:
a.       Mengkomsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b.      Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup
c.       Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari atau sedikitnya 8 gelas sehari (anjurkan ibu minum setiap kali menyusui)
d.      Pil zat besi (sulfas/glukonas ferrosus) harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin (setelah melahirkan)
e.       Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada anaknya melalui ASI
f.       Anjurkan ibu agar banyak makan sayuran yang beragam dan banyak minum sedikitnya 8 gelas sehari
g.      Pemakaian bumbu jangan terlalu merangsang, tidak pedas

2.6.        KB Untuk Ibu Nifas
Pemilihan kontrasepsi harus sudah dipertimbangkan pada masa nifas. Apabila hendak memakai kontrasepsi yang mengandung hormon, harus menggunakan obat yang tidak mengganggu produksi ASI. Hubungan suami istri pada masa nifas tidak dianjurkan.
Bidan berperan pentig dalam menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang keluarga berencana:
1.    Idealnya, pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan keluarganya. Akan tetapi, petugas kesehatan mampu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
2.    Biasanya, wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meyusui(amenorea laktasi). Oleh karena itu, metode amenorea laktasi dapat digunakan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko menggunakan cara ini adalah 2% kehamilan.
3.    Penggunaan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi.
4.    Sebelum menggunakan metode KB, ada beberapa hal yang harus dijelaskan ada ibu, antara lain :
a.    Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya?
b.    Kelebihan dan kekurangannya?
c.    Efek samping
d.   Bagaimana menggunakan metode ini?
e.    Kapan metode ini dapat digunakan untuk wanita pascabersalinnyang menyusui?
5.    Jika seorang ibu atau pasangan telah memilih KB tertentu, ada baiknya ibu/pasangan berkunjung ulang 2 minggu kemudian untuk mengetahui apakah metode tersebut bekerja dengan baik.

2.7.      Tanda Bahaya Pada Ibu Nifas
            Bidan berperan dalam menjelaskan tentang tanda-tanda bahaya selama masa nifas pada ibu dan suaminya.
            Tanda-tanda bahaya dalam masa nifas:
1.      Lelah dan sulit tidur
2.      Adanya tanda infeksi puerperalis (Demam) dimana
suhu tubuh lebih dari 38°C selama dua hari berturut-turut. Demam pada masa nifas menunjukkan adanya infeksi, yang tersering infeksi kandungan dan saluran kemih. ASI yang tidak keluar, terutama pada hari ke 3-4, terkadang menyebabkan demam disertai payudara membengkak dan nyeri. Demam ASI ini umumnya berakhir setelah 24 jam. 
3.      Adanya infeksi dalam rahim. Normalnya, pada hari ke 10 rahim tidak teraba lagi. Tanda-tanda adanya infeksi dalam rahim:
a.       Demam
b.      Menggigil
c.       Nyeri pada perut
d.      Keluar cairan yang berbau dari jalan lahir
e.       Perdarahan
Penanganan yang bisa dilakukan:
a.       Tidur dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki
b.      Banyak minum dan segera ke tenaga kesehatan
4.      Nyeri/panas saat berkemih, nyeri abdomen
5.      Sembelit, hemoroid
6.      Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati dan edema
7.      Lokia berbau busuk, sangat banyak (lebih dari 2 pembalut dalam 1 jam) dan disertai nyeri abdomen
8.      Puting susu pecah dan mammae bengkak
9.      Sulit menyusui
10.  Rabun senja
11.  Edema, sakit dan panas pada tungkai

2.8.      Hubungan Seksual
Bidan berperan menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang hubungan seks selama masa nifas :
1.      Nasihatkan pasangan untuk tidak berhubungan seksual sampai luka episiotomi sembuh dan lokia telah berhenti yang biasanya di akhir minggu ketiga
2.      Beberapa bentuk lubrikan yang larut dalam air, seperti jelly K-Y sangat diperlukan saat berhubungan seks untuk mencegah ketidaknyamanan akibat vagina yang mungkin telah kering (kurang hormon)
3.      Ingatkan bahwa ibu dapat mengalami penurunan keinginan berhubungan seksual karena adanya perubahan hormone, keletihan, ketidakpuasan dengan penampilan diri dan ketidaknyamanan (kadang berhubungan dengan luka episiotomi). Kumpulan gejala ini dapat membuat frustasi, khusunya bagi pasangan. Pasangan dapat menemukan cara memecahkan masalah tersebut dengan mendiskusikannya secara terbuka.
4.      Untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan, nasihatkan pasangan untuk memakai kontrasepsi ketika mereka kembali melakukan aktivitas seksual, meskipun siklus haid ibu belum kembali
5.      Secara fisik, aman untuk memulai hubungan seks antara suami-istri ketika darah merahberhenti dan ibu dapat memasukkan satu-dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Ketika darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk memulai melakukan hubungan seks kapan saja ibu siap.
6.      Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri samapi masa waktu tertentu. Misalnya, setelah 40 hari atau 6 minggu pasca melahirkan. Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.

2.9.      Senam Nifas
Masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai enam minggu berikutnya. Pada saat hamil, beberapa otot mengalami penguluran terutama otot rahim dan perut. Setelah melahirkan, rahim tidak secara cepat kembali seperti semula, tetapi mengalami proses. Oleh karena itu, untuk mengembalikan ke kondisi semula diperlukan suatu senam yang dikenal dengan nama senam nifas.
Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali. Senam nifas memberikan latihan gerak secepat mungkin agar otot-otot yang mengalami penguluran selama kehamilan dan persalinan kembali normal, seperti sebelum hamil sehingga terhindar dari segala perasaan yang kurang nyaman. Secara rutin, senam nifas dapat dilakukan oleh semua ibu yang telah melahirkan secara spontan tanpa ada komplikasi. Jika ada tindakan atau komplikasi, senam nifas masih tetap dapat dijalankan. Hanya saja perlu disesuaikan dengan kondisi dan komplikasi yang terjadi.
Tapi pada umumnya, para ibu pasca melahirkan takut melakukan banyak gerakan. Sang ibu biasanya khawatir gerakan-gerakan yang dilakukannya akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Padahal, apabila ibu bersalin melakukan ambulasi dini, itu bisa memperlancar terjadinya proses involusi uteri (kembalinya rahim ke bentuk semula).
Senam ini dilakukan sejak hari pertama setelah melahirkan hingga hari kesepuluh. Dalam pelaksanannya, harus dilakukan secara bertahap, sistematis, dan kontinyu.
Tujuan senam nifas ini di antaranya adalah untuk :
1.      Memperbaiki sirkulasi darah
2.      Memperbaiki regangan otot abdomen/ perut setelah hamil
3.      Memperbaiki regangan otot tungkai bawah
4.      Memperbaiki tonus otot pelvis
5.      Memperbaiki sikap tubuh setelah hamil dan melahirkan
6.      Mencegah timbulnya komplikasi
7.      Meningkatkan kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot dasar panggul
8.      Memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul dan otot perut.
9.      Membantu mencegah pembentukan bekuan (trombosis) pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat dan tidak bergantung
10.  Berguna bagi semua system tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru.
11.  Memungkinkan tubuh ibu menjadi sembuh

Tata Cara Melakukan Senam Nifas
Senam nifas ini merupakan latihan yang tepat untuk memulihkan tubuh ibu dan bermanfaat juga untuk memulihkan keadaan ibu baik psikologis maupun fisiologis. Latihan ini dilakukan dalam waktu 5-10 kali hitungan setiap harinya dan akan meningkat secara perlahan-lahan. Senam nifas ini dilakukan dengan berbagai macam gerakan dan setiap gerakan mempunyai manfaat sendiri. Senam nifas dapat dilakukan setelah enam jam persalinan.
Program senam nifas dimulai dari tahap yang paling sederhana hingga yang sulit. Dimulai dengan mengulang tiap 5 gerakan. Setiap hari ditingkatkan sampai 10 kali. Adapun gerakan-gerakannya sebagai berikut:
Hari pertama, ambil nafas dalam-dalam, perut dikembungkan, kemudian napas dikeluarkan melalui mulut. Ini dilakukan dalam posisi tidur terlentang. Latihan ini juga bisa dilakukan untuk melatih pernafasan iga-iga
Hari kedua, tidur terlentang, kaki lurus, tangan direntangkan kemudian ditepukkan ke muka badan dengan sikap tangan lurus, dan kembali ke samping.
Hari ketiga, berbaring dengan posisi tangan di samping badan, angkat lutut dan pantat kemudian diturunkan kembali. Selain itu, sikap baik dalam mengangkat dan menggendong bayi juga bisa dilakukan sebagai tambahan senam nifas pada hari ketiga inis
Hari keempat, tidur terlentang, lutut ditekuk, kepala diangkat sambil mengangkat pantat.
Hari kelima, tidur terlentang, kaki lurus, bersama-sama dengan mengangkat kepala, tangan kanan, menjangkau lutut kiri yang ditekuk, diulang sebaliknya.
Hari keenam, tidur terlentang, kaki lurus, kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90o secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan.
Hari ketujuh, tidur terlentang kaki lurus kemudian kaki dibuka sambil diputar ke arah luar secara bergantian.
Hari 8, 9, 10, tidur terlentang kaki lurus, kedua telapak tangan diletakkan di tengkuk kemudian bangun untuk duduk (sit up).
Catatan: pekerjaan rumah yang ringan dikerjakan setelah minggu III dan yang agak berat setelah minggu IV.
Ada berbagai faktor yang menentukan kesiapan ibu untuk memulai senam postpartum :
1.      Tingkat kesegaran tubuhnya sebelum kelahiran bayi
2.      Apakah ibu telah mengalami persalinan yang lama atau sulit?
3.      Apakah bayinya tenang atau rewel?
4.      Penyesuaian postpartum yang sulit
Latihan senam nifas penting untuk dilakukan dalam beberapa minggu pertama setelah melahirkan, namun yang paling penting adalah beristirahat dan mengenal bayinya. Relaksasi dan tidur sangat penting. Semua wanita akan sembuh dari persalinannya dalam waktu yang berbeda-beda. Oleh karena itu, ibu harus bersikap ramah terhadap dirinya sendiri.

2.10.    Perawatan Bayi Sehari-Hari
            Perawatan bayi ini terdiri dari upaya menjaga kebersihan bayi, menyusui, perawatan tali pusat dan pemberian imunisasi. Tindakan kita sebagai tenaga kesehatan adalah memberi penjelasan dan menganjurkan ibu :
1.     Menjaga kebersihan  bayi
a.    Memandikan bayi. Bidan berperan dalam memberikan penjelasan dan memperagakan bagaimana cara memandikan bayi. Tujuan memandikan bayi adalah menjaga kebersihan, memberi rasa segar, dan memberi rangsangan pada kulit. Yang harus diperhatikan pada saat memandikan bayi adalah :
a)    Mencegah kedinginan
b)   Mencegah masuknya air ke dalam mulut, hidung dan telinga
c)    Memerhatikan adanya lecet pada bokong, lipata kulit (ketiak bayi, lipatan paha dan punggung bayi)
Perlengkapan yang dibutuhkan saat memandikan bayi adalah ember sedang berisi air hangat, sabun bayi, handuk dan waslap serta pakaian bayi lengkap
b.    Memberi pakaian pada bayi. Bahan pakaian yang akan digunakan oleh bayi hendaknya yang lembut dan mudah menyerap keringat
c.    Personal hygiene pada bayi. Setiap kali defekasi dan berkemih, bersihkan bagian perinealnya dengan air dan sabun, serta keringkan dengan baik. Kotoran bayi dapat menyebabkan infeksi sehingga harus dibersihkan

2.        Menyusui
a.         Bidan menganjurkan ibu untuk menyusui bayi sesering mungkin sesuai dengan keinginan bayi dan kebutuhan ibu
b.         Biasanya bayi baru meminta minum atau merasa lapar setiap 2-3 jam
c.         Pastikan bayi menyusu paling tidak setiap 4 jam
d.        Berikan ASI saja. Hindari pemberian susu formula, air gula, atau makanan lain karena akan membuat isapan bayi melemah yang akan mengakibatkan produksi ASI berkurang. Makanan padat menimbulkan alergi dan gangguan pencernaan. Beri ASI saja sampai bayi berumur 6 bulan.
3.        Perawatan tali pusat
a.         Sampai tali pusat kering dan lepas, di daerah ini dapat terjadi infeksi sehingga harus dijaga agar bersih dan kering
b.         Ibu harus mencuci sekitar tali pusat setiap hari dengan sabun dan air
c.         Beri tahu ibu untuk melapor ke bidan bila talli pusat berbau, ada kemerahan di  sekitarnya atau mengeluarkan cairan
4.        Imunisasi
Satu bulan pertama, beri bayi imunisasi BCG untuk mencegah penyakit tuberkulosa, vaksin polio dan vaksin hepatitis B. Imunisasi penting untuk perlindungan bayi terhadap infeksi atau penyakit. Bayi memerlukan imunisasi sepanjang kehidupan. Imunisasi berikutnya akan diberikan dengan masa tenggang 1 bulan. Beri tahu ibu untuk membawa bayi ke klinik untuk mendapatkan imunisasi. Jelaskan pada ibu bahwa bayi iyang tidak diimunisasi akan lebih banyak resiko dan efek yang timbul bila dibandingkan dengan bayi yang diimunisasi.

2.11.    Pemberian Rasa Nyaman Pada Ibu Nifas
            Periode post partum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru, bahkan menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor-faktor yang memengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa post partum, yaitu :
1.      Respon dan dukungan dari keluarga dan teman
2.      Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi
3.      Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain
4.      Pengaruh budaya
Oleh karena itu, dukungan selama masa nifas sangat dibutuhkan bagi seorang ibu post partum, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama kali melahirkan. Seorang wanita akan merasa tenang dan nyaman dengan adanya dukungan dan perhatian dari orang – orang terdekat.
Suami sebagai seorang yang paling dekat, dianggap paling tahu kebutuhan istri. Setelah melahirkan, wanita mengalami perubahan baik fisik maupun mental. Tugas penting suami yaitu memberikan perhatian dan membina hubungan baik dengan istri, sehingga istri mengkonsultasikan setiap saat dan setiap masalah yang dialaminya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan selama masa nifas.
Selain itu dukungan dari anggota keluarga dan lingkungan akan membuat ibu merasa bahwa orang-orang si sekeliling memerhatikannnya, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan doa bersama untuk keselamatan ibu dan bayi dari ibu – ibu pengajian/ perkumpulan/kegiatan yang berhubungan dengan sosial/ keagamaan.

2.12.           Memfasilitasi Menjadi Orang  Tua
Pada seorang wanita, pengalaman melahirkan memberikan kontribusi besar dalam pembentukancitra diri sebagai seorang ibu. Masa ini disebut sebagai masa peralihan. Menurut Schumacher dan Meleis (1994), masa peralihan mengalami perubahan besar, antara lain perubahan identitas, peran, hubungan, kemampuan dan perilaku.
Kondisi yang memengaruhi pengalaman pada masa peralihan adalah pemahaman, harapan, tingkat pengetahuan, lingkungan, tingkat perencanaan, serta kondisi fisik dan emosional yang baik. Komponen psikologis proses adaptasi adalah pengalaman awal orang tua dengan cinta kasih, penerimaan figur sebagai orang tua, memiliki rasa percaya diri dan perhatian terhadap perkembangan bayi. Nilai dan kenyamanan ini mencakup sikap terhadap kelembutan dan memberi perhatian terhadap kebutuhan bayi.
Klauss dan Kennel menggunakan batasan attachment dan bounding. Kontak ibu dan  bayi segera setelah lahir adalah hal yang sangat penting. Kontak (fisik dan psikologis) antara ibu dan bayi yang merupakan modal awal untuk terbinanya hubungan kasih sayang antara orang tua/ibu dan anak. Attachment adalah proses penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan yang tulus dari orang tua terhadap anaknya dan memberi dukungan asuhan dalam perawatannya. Bounding  adalah masa sensitif pada menit pertama dan beberapa jam setelah kelahiran ketika kontak ibu dan ayah ini menentukan tumbuh kembang anak menjadi optimal.
Walker (1992) mengidentifikasi dua kunci komponen definisi sentuhan, yaitu kasih sayang yang mengikatdan kekhususan sesuatu yang abadi dan keterkaitan. Nilai-nilai untuk memenuhi sentuhan :
1.      Kesehatan emosi orang tua
2.      Sistem  bantuan sosial, mencakup pasangan, teman dan keluarga
3.      Tingkat kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memberi peralihan
4.      Kedekatan orang tua dan bayi
5.      Orang tua dan bayi sehat
Perilaku orang tua yang dapat mempengaruhi ikatan kasih sayang antara orang tua terhadap bayi baru lahir, terbagi menjadi:
1.    Perilaku memfasilitasi.
2.    Perilaku penghambat.

2.13.      Perilaku Memfasilitasi
1.        Menatap, mencari ciri khas anak.
2.        Kontak mata.
3.        Memberikan perhatian.
4.        Menganggap anak sebagai individu yang unik.
5.        Menganggap anak sebagai anggota keluarga.
6.        Memberikan senyuman.
7.        Berbicara/bernyanyi.
8.        Menunjukkan kebanggaan pada anak.
9.        Mengajak anak pada acara keluarga.
10.    Memahami perilaku anak dan memenuhi kebutuhan anak.
11.    Bereaksi positif terhadap perilaku anak.
Perilaku Penghambat
1.        Menjauh dari anak, tidak memperdulikan kehadirannya, menghindar, menolak untuk menyentuh anak.
2.        Tidak menempatkan anak sebagai anggota keluarga yang lain, tidak memberikan nama pada anak.
3.        Menganggap anak sebagai sesuatu yang tidak disukai.
4.        Tidak menggenggam jarinya.
5.        Terburu-buru dalam menyusui.
6.        Menunjukkan kekecewaan pada anak dan tidak memenuhi kebutuhannya.
Respon orang tua terhadap bayinya dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu:
1.    Faktor internal.
2.    Faktor eksternal.
Faktor Internal
Yang termasuk faktor internal antara lain genetika, kebudayaan yang mereka praktekkan dan menginternalisasikan dalam diri mereka, moral dan nilai, kehamilan sebelumnya, pengalaman yang terkait, pengidentifikasian yang telah mereka lakukan selama kehamilan (mengidentifikasikan diri mereka sendiri sebagai orang tua, keinginan menjadi orang tua yang telah diimpikan dan efek pelatihan selama kehamilan.
Faktor Eksternal
Yang termasuk faktor eksternal antara lain perhatian yang diterima selama kehamilan, melahirkan dan postpartum, sikap dan perilaku pengunjung dan apakah bayinya terpisah dari orang tua selama satu jam pertama dan hari-hari dalam kehidupannya.
Kondisi yang Mempengaruhi Sikap Orang Tua Terhadap Bayi
  1. Kurang kasih sayang.
  2. Persaingan tugas orang tua.
  3. Pengalaman melahirkan.
  4. Kondisi fisik ibu setelah melahirkan.
  5. Cemas tentang biaya.
  6. Kelainan pada bayi.
  7. Penyesuaian diri bayi pascanatal.
  8. Tangisan bayi.
  9. Kebencian orang tua pada perawatan, privasi dan biaya pengeluaran.
  10. Gelisah tentang kenormalan bayi.
  11. Gelisah tentang kelangsungan hidup bayi.
  12. Penyakit psikologis atau penyalahgunaan alkohol dan kekerasan pada anak.
Respon Antara Ibu dan Bayi Sejak Kontak Awal Hingga Tahap Perkembangannya
1.    Touch (Sentuhan). Ibu memulai dengan sebuah ujung jarinya untuk memeriksa bagian kepala dan ekstremitas bayinya. Perabaan digunakan sebagai usapan lembut untuk menenangkan bayi.
2.    Eye to Eye Contact (Kontak Mata). Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan segera. Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang penting dalam hubungan manusia pada umumnya.
3.    Odor (Bau Badan). Indera penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik dan masih memainkan peran dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Indera penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya Asi pada waktu tertentu.
4.    Bodi Warm (Kehangatan Tubuh). Jika tidak ada komplikasi yang serius, seorang ibu akan dapat langsung meletakkan bayinya di atas perut ibu, baik setelah tahap kedua dari proses melahirkan atau sebelum tali pusat dipotong. Kontak yang segera ini memberi banyak manfaat baik bagi ibu maupun si bayi yaitu terjadinya kontak kulit yang membantu agar si bayi tetap hangat.
5.    Voice (Suara). Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing-masing. Orang tua akan menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan itu, ibu menjadi tenang karena merasa bayinya baik-baik saja (hidup). Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan jika ia dapat mendengarkan suara-suara dan membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara-suara itu terhalang selama beberapa hari oleh sairan amniotik dari rahim yang melekat dalam telinga.
6.    Entrainment (Gaya Bahasa). Bayi baru lahir menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang dewasa. Artinya perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi kultur, jauh sebelum ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Dengan demikian terdapat salah satu yang akan lebih banyak dibawanya dalam memulai berbicara (gaya bahasa). Selain itu juga mengisyaratkan umpan balik positif bagi orang tua dan membentuk komunikasi yang efektif.
7.    Biorhythmicity (Irama Kehidupan). Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan irama alamiah ibunya seperti halnya denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah lahir adalah menyesuaikan irama dirinya sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh kasih sayang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda keadaan bahaya bayi untuk mengembangkan respon bayi dan interaksi sosial serta kesempatan untuk belajar.

2.14.      Membantu Ibu Untuk Menyusui
Bukti menunjukkan bahwa bila ibu tahu cara yang benar untuk memposisikan bayinya pada payudaranya, menyusui pada waktu yang diinginkan bayinya, serta memperoleh dukungan dan merasa percaya diri dalam memberi ASI maka berbagai kesulitan yang umum dapat dihindari/dicegah.
Peranan bidan dalam mendukung pemberian ASI:
1.      Yakinkan ibu bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara ibunya
2.      Bantulah ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri dengan cara:
a.    Biarkan bayi bersama ibunya segera setelah dilahirkan selama beberapa jam pertama
b.   Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum  yang timbul
c.    Bantulah ibu pada waktu pertama kali memberi ASI
d.   Bayi harus ditempatkan di dekat ibunya (rawat gabung/rooming in). Dengan demikian, ibu dapat dengan mudah menyusui bayinya. Ibu harus belajar mengenali tanda-tanda yang menunjukkan bahwa bayinya lapar.
e.    Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin
f.     Hanya berikan kolostrum dan ASI saja. Makanan lain termasuk air dapat membuat bayi sakit dan menurunkan persediaan ASI. Ibu memproduksi ASI bergantung pada seberapa banyak ASI yang diisap bayinya
g.    Hindari susu botol dan dot “empeng”. Susu botol dan empeng membuat bayi bingung dan dapat membuatnya menolak puting ibunya atau tidak mengisap dengan baik karena mekanisme mengisap botol atau empeng berbeda dari mekanisme mengisap puting susu pada payudara ib
Posisi dan cara menyusui
Posisi ibu dan bayi yang benar saat menyusui, yaitu:
1.      Berbaring miring
Posisi ini amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu merasa lelah atau merasa nyeri. Ini biasanya dilakukan pada ibu menyusui yang melahirkan melalui operasi caesar. Yang harus diwaspadai dari teknik ini adalah pertahankan jalan nafas bayi agar tidak tertutup oleh payudara ibu. Oleh karena itu, ibu harus selalu didampingi oleh orang lain ketika menyusui
2.      Duduk
Posisi ini penting unutk memberi topangan atau sandaran pada punggung ibu, dalam posisinya tegak lurus (90O)terhadap pangkuannya. Ini mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila, di atas tempat tidur, di lantai atau duduk di kursi.
Langkah-langkah menyusui yang benar sebagai berikut :
1.      Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting dan areola payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfeksi dan menjaga kelembapan puting susu
2.      Bayi diposisikan menghadap perut atau payudara ibu
3.      Ibu duduk atau berbaring dengan santai. Bila duduk, lebih baik menggunakan kursi yang rendah (agar kaki tidak mengantung) dan punggung ibu bersandar  pada sandaran kursi
4.      Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah dan bokong bayi disokong dengan telapak tangan)
5.      Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang lain di depan
6.      Perut bayi menempel pada badan ibu dan kepala bayi menghadap payudara
7.      Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
8.      Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
9.      Payudara dipegang  dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang di bawah (posisi C Hold di belakang areola). Jangan menekan puting atau areola saja
10.  Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi dengan jari. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting serta areola payudara dimasukkan ke mulut bayi
11.  Usahakan sebagian besar areola payudara dapat masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola payudara. Posisi yang salah, yaitu bila bayi hanya mengisap pada puting susu saja, yang akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu lecet
12.  Setelah bayi mulai mengisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi
13.  Jika bayi sudah dirasa cukup kenyang maka hentikan proses menyusui dengan memasukkan kelingking ke dalam mulut bayi menyusuri langit-langit mulut bayi.
14.  Kadang bayi akan tertidur sendiri sebelum proses menyusui diakhiri (menunjukkan bayi sudah tidak lapar lagi)
Tanda-tanda pelekatan yang benar, antara lain :
1.      Tampak areola masuk sebanyak mungkin. Areola bagian atas lebih banyak terlihat
2.      Mulut terbuka lebar
3.      Bibir atas dan bawah terputar keluar
4.      Dagu bayi menempel pada payudara
5.      Gudang ASI termasuk dalam jaringan yang masuk
6.      Jaringan payudara meregang sehingga membentuk “dot” yang panjang
7.      Puting susu sekitar 1/3-1/4 bagian “dot” saja
8.      Bayi menyusu pada payudara, bukan puting susu
9.      Lidah bayi terjulur melewati gusi bawah (di bawah gudang ASI), melingkari “dot” jaringan payudara
Tanda-tanda pelekatan yang salah, antara lain :
1.      Tampak sebagian besar kalang payudara/areola mammae berada di luar
2.      Hanya puting susu atau disertai sedikit areola yang masuk ke mulut bayi
3.      Seluruh atau sebagian gudang ASI berada di luar mulut bayi
4.      Lidah tidak melewati gusi (berada di depan puting susu) atau lidah sedikit sekali berada di bawah gudang ASI
5.      Hanya puting susu yang menjadi “dot”
6.      Bayi menyusu pada puting
7.      Bibir “mencucu” atau monyong
8.      Bibir bawah terlipat ke dalam sehingga menghalangi pengeluaran ASI oleh oleh lidah
Upaya memperbanyak ASI
1.    Menyusui bayi setiap 2-3 jam (10-12 kali) dengan lama menyusui 10-15 menit di setiap payudara. Jika bayi tidak minta diberi ASI, anjurkan ibu untuk memberikan ASI-nya pada bayi setidaknya setiap 4 jam. Namun, selama 2 hari pertama setelah lahir, beberapa bayi tidur panjang selama 6-8 jam.
2.    Bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa gerah, dan duduklah selama meyusui
3.    Pastikan bayi menyusui dalam posisi menempel yang baik dan dengarkan suara menelan yang aktif
4.    Susui bayi di tempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap kali habis menyusui
5.    Tidurlah bersebelahan dengan bayi
6.    Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum
7.    Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya dan mengoreksi setiap kali terdapat masalah pada posisi penempelan
8.    Yakinkan bahwa ia dapat memproduksi susu lebih banyak dengan melakukan hal-hal tersebut
Selain beberapa hal penting tersebut, bidan juga harus menyampaikan pendidikan kesehatan kepada ibu menyusui antara lain :
1.      Mengonsumsi tambahan kalori setidaknya 500 kalori sehari
2.      Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan cukup kalori, protein, vitamin dan mineral
3.      Minum sedikitnya 3 liter setiap hari
4.      Pil zat besi harus diminum untuk menambah gizi, setidaknya selama 40 hari setelah kelahiran
5.      Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayi melalui ASI


2.15.    Persiapan Pasien Pulang
1.    Mengajari ibu tanda-tanda bahaya. Ajarkan ibu jika melihat hal-hal berikut atau perhatikan bila ada sesuatu yang tidak beres, sehingga perlu menemui seorang bidan dengan segera :
  1. Peradarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut dalam waktu setengah jam)
  2. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras.
  3. Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung.
  4. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik, atau masalah penglihatan.
  5. Pembengkakan pada wajah dan tangan.
  6. Demam, muntah, rasa sakit saat berkemih atau merasa tidak enak badan.
  7. Payudara merah, panas, dan/ atau sakit.
  8. Kehilangan selera makan untuk waktu yang lama.
  9. Rasa sakit, warna merah, nyeri tekan, dan/ atau pembengkakan pada kaki.
  10. Merasa sedih dan merasa tidak mampu mengurus diri sendiri dan bayinya.
  11. Merasa sangat letih atau napas terengah-engah.
2.    Mengajari ibu proses fisiologis masa pasca bersalin dan perilaku yang baik pada kondisi tersebut.
  1. Pengeluaran lokia. Setelah bersalin, rahim berusaha memulihkan keadaannya sendiri dengan cara membersihkan lapisan bagian luar dan membangun kembali lapisan baru dari dalam. Ketika ia menguras lapisan lama. Kotoran tersebut akan keluar melalui vagina seperti aaat datng bulan. Warna dan konsistensinya akan berubah seiring waktu. Jelaskan tentang jumlah dan konsistensi yang normal dari lokia. Sangat penting menjaga kebersihan, mengganti pembalut secara teratur, dan menjaga vagina tetap kering dan bersih.
  2. Nyeri setelah kelahiran pada fundus. Melas terjadi karena rahim berkontraksi agar ia dapat kembali ke keadaan sebelum hamil. Selain itu, dipengaruhi oleh pemberian obat-obatan dan proses menyusui. Ada beberapa hal yang dapat ibu lakukan untuk mengatasi rasa nyeri, antara lain:
·         Cegah agar kandung kemih tidak penuh.
·         Berbaring telungkup dengan sebuah bantal di bawah perut.
·         Mandi, duduk, berjalan-jalan, atau mengubah posisi.
·         Minum parasetamol kira-kira satu jamsebelum menyusui.
·         Pastikan ibu mengerti bahwa kontraksi ini sangat penting untuk mengendalikan perdarahan.
  1. Perineum. Vagina dan vulva akan sedikit memerah, bengkak, lecet, dan nyeri, mungkin juga terluka. Selain itu, terasa lebih lembut. Biasanya akan hilang setelah 1-2 minggu. Tindakan untuk mengurangi rasa nyeri :
·         Kompres es
·         Rendam duduk
·         Latihan kegel
  1. Hemoroid. Sangat wajar terjadi hemoroid karena tekanan kepala dan upaya meneran. Ada beberapa hal untuk mengurangi rasa nyeri ini, yaitu :
·         Rendam duduk
·         Hindari duduk terlalu lama
·         Banyak minum dan makanan berserat
·         Bidan dapat menggunakan salep Nupercainal
  1. Diuresis/ diaphoresis. Saat hamil, telah menyimpan cairan yang banyak. Setelah lahir, tubuh membuangnya lewat urine dan keringat. Hal ini terjadi pada minggu pertama pascabersalin. Anjurkan ibu untuk tidak menghambat proses ini. Tetaplan minum air putih yang banyak, hindari menahan berkemih, kenakan pakaian yang menyerap keringat, dan lain-lain.
  2. Bengkak dan pembesaran payudara. Lakukan beberapa hal berikut :
·         Kompres hangat payudara dengan kain atau handuk yang dihangatkan, atau mandi air hangat.
·         Jika bengkak, perah ASI secara manual sebelum memberikannya kepada bayi.
·         Jika bayi sudah kenyang dan payudara masih penuh, perah susu secara manual.
·         Gunakan BH/ bra yang baik.
·         Jika perlu minum parasetamol untuk mengurangi rasa sakit.
  1. Hubungan seksual. Dapat dilakukan pada minggu ke-2 sampai minggu ke-4 jika tidak ada perdarahan dan luka episiotomy sudah sembuh. Untuk mengurangi rasa nyeri, gunakan lubrikasi. Penetrasi peneis harus hati-hati.

2.16.    Anticipatory Guidance (Petunjuk Antisipasi)
  1. Ibu
1)        Perawatan perineum.
2)        Perawatan payudara untuk ibu yang menyusui.
3)        Perawatan payudara selama pembesaran (distensi).
4)        Latihan pengencangan abdomen.
5)        Latihan perineum.
6)        Aktivitas/ latihan.
7)        Nutrisi.
8)        Istirahat.
9)        Personal hygiene.
10)    Normalitas baby blues.
11)    Tanda-tanda bahaya, meliputi:
·      Demam atau kedinginan.
·      Perdarahan berlebihan.
·      Nyeri abdomen.
·      Nyeri berat atau bengkak pada payudara.
·      Nyeri atau hangat pada betis, dengan atau tanpa edema tungkai.
·      Depresi.
12)    Bagaimana menghubungi bidan atau sumber-sumber lain.
13)    Kapan kembali untuk mengevaluasi pasca partus atau kapan kontrak melalui telepon.

b.         Bayi
1)        Informasi edukasi bagi ibu menyusui.
2)        Jika memberikan susu dari botol :
·           Penyiapan dan penyimpanan susu formula.
·           Perawatan dan penyiapan botol dan dot susu.
·           Bagaimana memegang bayi ketika member susu dengan botol.
·           Bagaimana memegang botol ketika member susu.
3)        Menyendawakan
4)        Memandikan bayi termasuk mengeramasi
5)        Memakaikan pakaian :
·           Bagaimana memakaikan pakaian bayi
·      Berapa banyak pakaian yang harus disediakan sesuai dengan keadaan lingkungan dan suhu.
6)        Membersihkan dan merawat penis bagi bayi laki-laki
7)        Perawatan perineum bagi bayi wanita.
8)        Perawatan tali pusat.
9)        Bagaimana mengangkat, memeluk, dan menggendong bayi.
10)    Bagaimana mengganti popok dan apa yang harus dilakukan dengan popok tersebut.
11)    Pencegahan dan penanganan ruam popok
12)    Bagaimana mengukur suhu tubuh bayi dan bagaimana membaca thermometer.
13)    Memberikan dot daripada membiarkan bayi menghisap jempol atau telapak tangan.
14)    Arti menangis :
·      Lapar.
·      Perlu diganti popoknya.
·      Perlu diubah posisi atau posisi yang tidak nyaman.
·      Nyeri, misalnya sakit tertusuk peniti popok.
·      Perlu kasih sayang (digendong atau dibelai).
·      Pakaian atau pembungkus terlalu ketat.
15)    Panggil orang yang memberikan perawatan pediatric atau bawa ke dokter jika terjadi hal-hal berikut :
·        Demam.
·        Diare.
·        Kongesti pernapasan.
·        Pemberian makan buruk.
·        Menangis akibat gelisah yang terus menerus.
·        Ikterus (bayi kuning).
·        Perilaku lesu, tidak ada perhatian saat terjaga.
16)    Pentingnya check up dan imunisasi

  1. Ibu dalam hubungannya dengan orang lain
1)        Sibling rivally.
2)        Kebutuhan dan ketakutan pasangannya.
3)        Transisi hubungan keluarga.
4)        Keluarga Berencana (KB).
5)        Memulai kembali hubungan seksual :
·      Waktu untuk memulai kembali sangat ditentukan oleh kebutuhan dan kenyamanan.
·      Metode alternatif untuk memuaskan kebutuhan seksual pada masa nifas.
·      Masalah privasi, gangguan, dan reflex let down pada wanita menyusui.
·      Posisi alternatif untuk hubungan seksual.
·      Penggunaan preparat hormon atau pelumas untuk ketidaknyamanan.
6)        Kebutuhan waktu untuk bersama dengan pasangannya dan berpisah dengan bayinya.

2.17.    Deteksi Dini Komplikasi Ibu Nifas
Normalnya, ibu nifas akan mengalami beberapa tanda dan gejala berikut.
1)      Lelah dan sulit tidur
2)      Adanya tanda dan infeksi puerperalis (demam)
3)      Nyeri/ panas saat berkemih, nyeri abdomen
4)      Sembelit, hemoroid
5)      Sakit kepala terus menerus, nyeri ulu hati, dan edema
6)      Lokia berbau busuk yang sangat banyak (lebih dari 2 pembalut dalam 1 jam) dan dibarengi nyeri abdomen
7)      Putting susu pecah dan mamae bengkak
8)      Sulit menyusui
9)      Rabun senja
10)    Edema, sakit, dan panas paada tungkai
Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa pascapersalinan. Oleh karena itu, sangat penting bagi ibu dan keluargannya mengenal tanda bahaya dan perlu mencari pertolongan kesehatan. Beberapa bahaya ibu nifas, meliputi:
1)   Perdarahan per vaginam yang luas biasa banyak atau yang tiba-tiba bertambah banyak (lebih banyak dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan pergantian pembalut dua kali dalam setengah jam)
2)   Pengeluaran per vaginam yang baunya menusuk
3)   Rasa sakit bagian bawah abdomen atau punggung
4)   Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan
5)   Pembengkakan wajah atau tangan
6)   Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil, atau merasa tidak enak badan
7)   Payudara yang berubah merah, panas dan terasa sakit
8)   Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
9)   Rasa sakit, merah, nyeri tekan, dan/atau pembengkakan kaki
10)    Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya atau diri sendiri
11)    Merasa sangat letih atau napas terengah-engah

2.17.1.   Perdarahan Per Vaginam
Perdarahan per vaginam melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pascapersalinan. Terdapat beberapa masalah mengenai definisi ini, yaitu:
1.         Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari biasanya, darah tersebut bercampur dengan darah amnion atau urin. Darah tersebar dalam spon, handuk dan kain di dalam ember dan lantai.
2.         Volume darah yang hilang juga bervariasi. Kekurangan darah dapat diketahui dari kadar hemoglobin itu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang mungkin dapat menyebabkan anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
3.         Perdarahan dapat terjadi secara lambat dalam jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini mungkin tidak dikenli sampai terjadi syok.
Penilaian risiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan terjadinya perdarahan pascapersalinan. Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin. Hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pascapersalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca persalinan harus dipantau dengan ketat untuk kemungkinan perdarahan fase persalinan.
2.17.2.      Infeksi Masa Nifas
Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi pascapersalinan. Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi angka kematian ibu (AKI). Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas ke saluran urinary payudara dan pembedahan merupakan penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi dapat dilihat dari suhu pembengkakan takikardia dan malaise. Gejala lokalnya berupa uterus lembek, kemerahan, rasa nyeri pada payudara, atau adanya disuria.
Ibu berisiko infeksi postpartum karena adanya luka pada bekas pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genital, termasuk episiotomy pada perineum, dinding, vagina, dan serviks. Infeksi pasca secsio sesaria mungkin terjadi. Penyebab infeksi adalah bakteri endogen dan eksogen. Faktor predisposisi meliputi  nutrisi yang buruk, defisiensi zat besi, persalinan lama, rupture membrane, episiotomy dan seksio sesaria. Gejala klinis endometritis tampak pada hari ke-3 post partum disertai suhu yang mencapai 39° C dan takikardia, sakit kepala, kadang terdapat uterus yang lembek. Ibu yang mengalami kondisi ini harus diisolasi.
1.      Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, dan Penglihatan Kabur
Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau penglihatan kabur. Penanganan terhadap gangguan ini meliputi :
1)      Jika ibu sadar, periksa nadi, tekanan darah, dan pernapasan.
2)      Jika ibu tidak bernapas, periksa dan lakukan ventilasi dengan masker dan balon. Lakukan intubasi jika perlu. Dan jika pernapasan dangkal, periksa dan bebaskan jalan napas serta beri oksigen 4-6 liter per menit.
3)      Jika pasien tidak sadar/ koma, bebaskan jalan napas, baringkan miring, ukur suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk.
2.      Pembengkakan Wajah dan Ekstremitas
Bila terjadi gekala ini, periksa adanya varises, periksa kemerahan pada betis, dan periksa apakah tulang kering, pergelangan kaki, atau kaki mengalami edema (perhatikan adanya edema putting, jika ada)
3.      Demam, Muntah, dan Nyeri Berkemih
Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasalndari flora normal perineum. Telah terdapat bukti bahwa beberapa galur Escherichia coli memiliki pili yang meningkatkan virulensinnya(Svanborg Eden, 1982).
Pada masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan atau analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomy yang lebar, laserisasi periuretra, atau hematoma dinding vagina. Setelah melahirkan, terutama saat infuse oksitosin dihentikan, terjadi dieresis yang disertai peningkatan produksi urin dan distensi kandung kemih. Overdistensi yang disertai kateterisasi untuk mengeluarkan air kemih sering menyebabkan infeksi saluran kemih
4.      Payudara Bengkak
Payudara bengkak yang tidak disuse secara adekuat dapat menyebabkan payudara menjadi merah, panas terasa sakit, dan akhirnya terjadi masititis. Putting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak. BH/ bra yang terlalu ketat mengakibatkan engorgement segmental. Bila payudara ini tidak disusukan dengan adekuat, dapat terjadi mastitis.
Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia mudah mengalami infeksi. Gejala gangguan ini meliputi :
1)      Bengkak dan nyeri pada seluruh payudara atau lokal.
2)      Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal.
3)      Payudara keras dan berbenjol-benjol (merongkol).
4)      Panas badan dan rasa sakit umum.
Gangguan ini dapat diatasi dengan :
1)   Menyusui tetap dilanjutkan. Pertama, bayi disusukan pada payudara yang sakit selama dan sesering mungkin. Hal ini dapat dilakukan agar payudara kosong. Selanjutnya, sukan bayi pada payudara yang normal.
2)   Beri kompres panas. Hal ini dapat dilakukan dengan dengan menggunakan shower hangat atau lap basah panas pada payudara yang terkena.
3)   Ubah posisi menyusui dari waktu ke waktu, yaitu dengan posisi berbaring, uduk dan posisi memegang bola (football position).
4)   Pakai BH longgar.
5)   Istirahat yang cukup dan makan an yang bergizi.
6)   Banyak minum (2 liter per hari)
Dengan penatalaksanaan tersebut, biasanya peradangan akan menghilang setelah 48 jam, dan jarang sekali yang menjadi abses, tetapi apabila dengan cara-cara tersebut tidak ada perbaikan setelah 12 jam, ibu perlu diberi antibiotic selama 5-10 hari dan analgesik.
5.      Kehilangan Nafsu Makan yang Lama
Sesudah bayi lahir, ibu akan merasa lelah dan mungkin juga lemas karena kehabisan tenaga. Hendaknya ibu lekas diberi minuman hangat, susu, kopi, atau the yang bergula. Apabila ibu menghendaki makanan, berikan makanan yang sifatnya ringan. Walaupun lambung dan alat pencernaan tidak terlibat langsung dalam proses persalinan, tetapi fungsi perncernaan dipengaruhi oleh  proses persalinan. Organ pencernaan memerlukan waktu istirahat untuk memulihkan keadaanya. Oleh karena itu, tidak benar bila ibu diberi makanan terlalu banyak, walaupun ibu menginginkannya. Akan tetapi, biasanya, disebabkan oleh adanya kelelahahan yang amat berat, nafsu makan terganggu, sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan hilang.
6.      Thrombus Vena
Selama masa nifas, dapat terbentuk thrombus pada vena-vena yang terdapat di pelvis yang mengalami dilatasi. Faktor predisposisi gangguan ini meliputi :
1.      Obesitas
2.      Peningkatan umur maternal dan tinggikan paritas
3.      Riwayat sebelumnya
4.      Anestesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma yang lama pada pembuluh vena
5.      Anemia maternal
6.      Hipotermia atau penyakit jantung
7.      Endometritis
8.      Varikostritis
Manifestasi gangguan ini meliputi timbul secara akut, timbul rasa nyeri akibat terbakar, dan nyeri tekan pada permukaan.
7.        Perasaan Sedih Ibu Nifas
Pada beberapa minggu awal setelah persalinan sampai kurang lebih 1 tahun. Ibu postpartum cenderung mengalami perasaan yang tidak lazim dialaminya, seperti merasa sedih, tidak mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya. Factor penyebab keadaan ini meliputi :
1.      Kekecewaan emosional bercampur rasa takut yang dialami oleh kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan.
2.      Rasa nyeri pada awal masa nifas.
3.      Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan.
4.      Kecemasan tentang kemempuannya untuk merawat bayi setelah meninggalkan rumah sakit.
5.      Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi.



2.18.    Health Education
2.18.1.       Nutrisi
Tidak ada kontraindikasi dalam pemberian nturisi setelah persalinan. Ibu harus mendapat nutrisi yang lengkap dengan tambahan kalori sejak sebelum hamil (200-500 kal) yang akan mempercepat pemulihan kesehatan dan kekuatan, meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI, serta mencegah terjadinya infeksi.
Ibu nifas memerlukan diet untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi, mencegah konstipasi, dan untuk memulai proses pemberian ASI eksklusif. Suplemen zat besi dapat diberikan kepada ibu nifas selama 4 minggu pertama setelah kelahiran.
Gizi ibu menyusui dibutuhkan untuk produksi ASI dan pemulihan kesehatan ibu, kebutuhan gizi yang perlu diperhatikan, yaitu:
1)      Makanan dianjurkan seimbang antara jumlah dan mutunya
2)      Banyak minum, setiap hari harus lebih dari 6 gelas
3)      Makan makanan yang tidak merangsang, baik secara termis, mekanis, atau kimia untuk menjaga kelancaran pencernaan
4)      Batasi makanan yang berbau keras
5)      Gunakan bahan makanan yang dapat merangsang produksi ASI, misalnya sayuran hijau
Diet dalam masa nifas harus bergizi, bervariasi dan seimbang. Diet ini sebaiknya mengandung tinggi kalori. Pada wanita dewasa, kebutuhan kalori sebesar 2200 kkal, sedangkan untuk ibu menyusui diperlukan tambahan 700 kkal untuk 6 bulan pertama setelah melahirkan dan selanjutnya 500 kkal. Kalori ini terdiri dari karbohidrat, lemak dan protein. Total makanan yang dikonsumsi dianjurkan mengandung 50-60% karbohidrat. Makanan sumber karbohidrat, antara lain nasi, kentang, roti, ubi, mie, jagung, dan berbagai makanan jajanan yang berasal dari tepung. Bahan makanan sumber lemak adalah keju, susu, santan, mentega, dan nargarin. Fungsi lemak untuk ibu menysui sebagai daya tahan tubuh. Fungsi protein untuk membentuk jaringan baru dan memproduksi air susu, jumlah protein sekitar 10-15% dari total makanan. Pada wanita dewasa, kebutuhan seharinya 51 gram, sedangkan pada ibu menyusui perlu tambahan 16 gram pada bulan pertama, selanjutnya 12 gram. Makanan sumber protein seperti tempe, tahu, kacang-kacangan, daging, telur, hati dan ikan. Mineral yang paling utama adalah zat besi, sedangkan vitamin yang paling utama adalah vitamin C untuk mencegah anemia, serat untuk membantu ekskresi dan meningkatkan tonus otot serta cairan yang cukup. Kebutuhan cairan ibu menyusui minimal 2 liter sehari. Pemberian tablet zat besi untuk ibu nifas selama 40 hari dan 1 kapsul A. Pada pemberian obat tidak boleh minum kopi atau teh pada saat minum tablet zat besi karena dapat mencegah penyerapan zat besi dan jelaskan dan tablet zat besi dapat membuat feses menjadi hitam, menimbulkan konstipasi, dan mungkin rasa mual. Ibu dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi kalori (karbohidrat, lemak, dan protein) mengandung zat besi, sayuran hijau, daging, hati, telur, dan banyak minum. Jika ibu menyusui, anjurkan untuk makan 4-5 kali sehari dan minum segelas cairan setiap selesai menyusui. Kafein dan nikotin harus dihindari, seperti kopi, cokelat, soda, dan makanan awetan. Makanan dan minuman yang dikonsumsi dapat memengaruhi bayinya melalui air susu. Contoh menu untuk ibu menyusui, yaitu:
Makan pagi : nasi, urap sayur, ikan bandeng goreng, kudapan (donat dan yoghurt).
Makan siang : nasi, ayam goring, rempeyek, rebon, sayur nangka, jeruk, kudapan (kolak pisang).
Makan malam : nasi, semur daging, pepes tahu, cap cay, papaya, kudapan (ubi merah goreng).
Vitamin adalah zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil. Umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Fungsi umum vitamin adalah sebagai zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan yang diperlukan oleh tubuh. Vitamin dalam penggunaannya dapat rusak akibat dari penyimpanan dan pengolahan.
Karakteristik vitamin A, meliputi larut dalam lemak; nama generic semua retinoid provitamin A/ karotenoid; mempunyai aktivitas asam, oksidasi, dan suhu tinggi; bentuk aktif hanya terdapat pada pangan hewani dan nabati sebagai provitamin A berperan dalam berbagai fungsi faali tubuh, yaitu:
1)      Fungsi penglihatan. Fungsi ini membantu mata dalam beradaptasi pada keadaan gelap terang.
2)      Diherensiasi sel. Pada tahap perkembangan/ pembentukan vitamin mampu membantu perkembangan:
a.       Sperma dan sel telur
b.      Struktur dan organ tubuh janin, bayi, anak, dewasa dan masa tua
3)      Kekebalan. Pertumbuhan dan diferensiasi limfosit B (leukosit pada proses kekebalan humoral)
4)      Pertumbuhan dan perkembangan. Vitamin berpengaruh pada sintesis protein.
5)      Reproduksi. Fungsi ini membantu pembentukan sperma dan sel telur aerta pertumbuahn janin.
6)      Pencegahan kanker dan penyakit jantung. Sebagai antioksidan untuk meningkatkan kekebalan.

2.18.2.        Hygiene
Sering membersihkan area perineum akan meningkatkan kenyamanan dan mencegah infeksi. Tindakan ini paling sering menggunakan air hangat yang dialirkan (dapat ditambah larutan antiseptic) ke atas vulva perineum setelah berkemih atau defekasi, hindari penyemprotan langsung. Ajarkan ibu untuk membersihkan sendiri.
Pasien yang harus istirahat di tempat tidur (mis hipertensi, post-seksio sesaria) harus dibantu mandi setiap hari dan mencuci daerah perineum dua kali sehari dan setiap selesai eliminasi. Setelah ibu mampu mandi sendiri (dua kali sehari), biasanya daerah perineum dua kali sehari dan setiap selesai eliminasi. Setelah ibu mampu mandi sendiri (dua kali sehari), biasanya daerah perineum dicuci sendiri. Penggantian pembalut hendaknya sering dilakukan, setidaknya setelah membersihkan perineum atau setelah berkemih atau defekasi. Luka pada perineum akibat episiotomy, rupture, atau laserasi merupakan daerah yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Tindakan membersihkan vulva dapat memberi kesempatan untuk melakukan inspeksi secara seksama daerah perineum.
Payudara juga harus diperhatikan kebersihannya. Jika putting terbenam, lakukan masase payudara secara perlahan dan tarik keluar.
Pada masa  postpartum, seorang ibu akan rentan terhadap infeksi. Untuk itu, menjaga kebersihan sangat penting untuk mencegah infeksi. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungannya. Ajari ibu cara membersihkan genitalia, ia harus mencuci tangan sampai bersih. Pada waktu mencuci daerah anusnya yang terakhir. Ibu harus mengganti pembalut sedikitnya dua kali sehari. Jika ia menyusui bayinya, anjurkan untuk menjaga kebersihan payudaranya.
Alat kelamin wanita ada dua, yaitu alat kelamin luar dan dalam. Vulva adalah alat kelamin luar wanita yang terdiri dari berbagai bagian, yaitu kommissura anterior, kommissura interior, labia mayora, labia minora, klitoris, prepusium klitoris, orifium uretra, orifisium vagina, perineum anterior, dan perineum posterior.
Robekan perineum terjadi pada semua persalinan, dan biasanya robekan terjadi digaris tengah dan dapat meluas apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Perineum yang dilalui bayi biasanya mengalami peregangan, lebam, dan trauma. Rasa sakit pada perineum semakin parah jika perineum robek atau disayat pisau bedah. Seperti sama luka baru, area episiotomy atau luka sayatan membutuhkan waktu untuk sembuh, yaitu 7 hingga 10 hari.
Infeksi dapat terjadi, tetapi sangat kecil kemungkinannya jika luka perineum dirawat dengan baik. Selama di rumah sakit, dokter akan memeriksa perineum setidaknya sekali sehari untuk memastikan tidak terjadi peradangan atau tanda infeksi lainnya. Dokter juga akan member intruksi cara menjaga perineum pascapersalinan untuk mencegah.

2.18.3.        Perawatan Perineum
            Bidan berperan menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang perawatan perineum selama masa nifas:
1.      Anjurkan ibu untuk tidak menggunakan tampon pascapartum karena resiko terkena infeksi. Pembalut perineum biasanya digunakan dengan dilengkapi pengikat yang cukup bersih (pembalut yang dapat menyerap adalah yang berpenampung, pada umumnya darah dapat bergerak lebih banyak saat ibu berjalan dan dapat menyebabkan kontaminasi dari daerah anus ke area episiotomi dan vagina yang terbuka). Banyak ibu muda yang tidak pernah mempunyai pengalaman mengenakan sabuk pelindung ini dan kendala ini memerlukan bantuan yaitu saat pertama kali menggunakannya (beberapa institusi bahkan menggunakan celana berlubang sempit yang menjaga pembalut tetap di tempatnya).
2.      Jelaskan perkembangan perubahan lokia dari rubra ke serosa hingga menjadi lokia alba.
3.      Anjurkan ibu untuk menyimpan dan melaporkan bekuan darah yang berlebihan serta pembalut yang dipenuhi darah banyak. Ibu juga harus melaporkan bila ada kegagalan perubahan lokia dari rubra ke serosa, atau kembali ke rubra dari serosa.
4.      Ajari ibu cara mengganti pembalut setiap kali berkemih atau defekasi, dan setelah mandi pancuran atau rendam duduk.
5.      Ibu dapat menggunakan kompres es sesegera  mungkin dengan menggunakan sarung tangan atau bungkus es untuk mencegah edema.
6.      Ajari ibu untuk menggunakan botol perineum yang diisi air hangat atau sebuah surgigator setelah setiap berkemih untuk mencuci perineum dan meningkatkan penyembuhan.
7.      Ajari pentingnya membersihkan perineum dari arah depan (meatus urinarium) ke arah belakang (daerah anus) untuk mencegah kontaminasi ke arah episiotomi yang berasal dari daerah anus.
8.      Ajari langkah-langkah memberikan rasa nyaman pada area hemoroid.
9.      Jelaskan pentingnya mengosongkan kandung kemih secara adekuat. Natu ibu yang mengalami kesulitan berkemih dengan tetap memerhatikan privasi, menyarankannya untuk menyiramkan air hangat di atas perineum, menganjurkan ambulasi serta menguraikan teknik visualisasi.
10.  Identifikasi gejala Infeksi Saluran Kemih. Jelaskan pentingnya asupan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000 ml setiap hari).

Perawatan perineum 10 hari :
1)      Ganti pembalut wanita yang bersih setiap 4-6 jam. Posisikan pembalut dengan baik sehingga tidak bergeser.
2)      Lepaskan pembalut dari arah depan ke belakang menghindari penyebaran bakteri dan anus vagina.
3)      Alirkan atau bilas dengan air hangat/ cairan antiseptic pada area perineum setelah defekasi. Keringkan dengan kain pembalut atau handuk dengan cara ditepuk-tepuk, dan dari arah depan ke belakang.
4)      Jangan dipegang sampai area tersebut pulih.
5)      Rasa gatal pada area sekitar jahitan adalah normal dan merupakan tanda penyembuhan. Namun, untuk meredakan rasa tidak enak, atasi dengan mandi berendam air hangat atau kompres dingin dengan kain pembalut yang telah didinginkan.
6)      Berbaring miring, hindari berdiri atau duduk lama untuk mengurangi tekanan pada daerah tersebut.
7)      Lakukan latihan kegel sesering mungkin guna merangsang peredaran darah disekitar perineum. Dengan demikian, akan mempercepat penyembuhan dan memperbaiki fungsi otot-otot. Tidak perlu terkejut bila tidak merasakan apa pun saat pertama kali berlatih karena area tersebut akan kebal setelah persalinan dan pulih secara bertahap dalam beberapa minggu.

2.18.4.        Isitarahat Dan Tidur
Ibu nifas membutuhkan istirahat dan tidur yang cukup. Istirahat sangat penting untuk ibu yang menyusui. Tindakan rutin di rumah sakit hendaknya tidak mengganggu istirahat dan tidur ibu. Setelah selama Sembilan bulan ibu mengalami kehamilan dengan beban kandungan yang begitu berat, banyak keadaan yang mengganggu lainnya, dan proses persalinan yang melelahkan, ibu membutuhkan istirahat yang cukup untuk memulihkan keadaannya. Istirahat ini dapat dilakukan dengan tidur siang atau tidur malam. Jika ibu mengalami kesulitan tidur di malam hari dan ia tampak gelisah, perlu diwaspadai. Waspadai juga bila ibu mengalami gangguan psikosis selama nifas.
Seorang wanita yang dalam masa nifas dan menyusui memerlukan waktu lebih banyak untuk istirahat karena sedang dalam proses penyembuhan, terutama organ-organ reproduksi dan untuk kebutuhan menyususi bayinya. Bayi biasanya terjaga saat malam hari. Hal ini akan mengubah pola istirahat ibu. Oleh karena itu ibu dianjurkan untuk istirahat (tidur) saat bayi sedang tidur. Ibu dianjurkan untuk menyesuaikan jadwalnya dengan jadwal bayi dan mengejar kesempatan untuk istirahat, jika ibu kurang istirahat akan mengakibatkan berkurangnya jumlah produksi ASI, memperlambat proses involusi, memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi, dan menimbulkkan rasa ketidakmampuan merawat bayi.
2.18.5.        Ambulasi
Ambulasi sedini mungkin sangat dianjurkan, kecuali ada kontraindikasi. Ambulasi ini akan meningkatkan sirkulasi dan mencegah risiko tromboflebitis, meningkatkan fungsi kerja peristaltic dan kandung kemih, sehingga mencegah distensi abdominal dan konstipasi. Ambulasi ini dilakukan secara bertahap sesuai kekuatan ibu. Terkadang ibu nifas enggan untuk banyak bergerak karena merasa letih dan sakit. Jika keadaan tersebut tidak segera diatasi, ibu akan terancam mengalami thrombosis vena. Untuk mencegah terjadinya thrombosis vena, perlu dilakukan ambulasi dini oleh ibu nifas.
Pada persalinan normal dan keadaan ibu normal, biasanya ibu diperbolehkan untuk mandi dan ke WC dengan bantuan orang lain, yaitu pada 1 atau 2 jam setelah persalinan. Sebelum waktu ini,  ibu harus diminta untuk melakukan latihan menarik napas dalam serta latihan tungkai yang sederhana dan harus duduk serta mengayunkan tungkainya ditepi tempat tidur.
Sebaiknya, ibu nifas turun dari tempat tidur sedini mungkin setelah persalinan. Ambulasi dini dapat mengurangi kejadian komplikasi kendung kemih, konstipasi, thrombosis vena puerperalis, dan emboli pulmunol. Disamping itu, ibu merasa lebih sehat dan kuat serta dapat segera merawat bayinya. Ibu harus didorong untuk berjalan dan tidak hanya duduk di tempat tidur. Pada ambulasi pertama, sebaiknya ibu dibantu karena pada saat ini biasanya ibu merasa pusing ketiaka pertama kali bangun setelah melahirkan.















BAB III
PENUTUP
3.1         Kesimpulan
Pada pemberian asuhan kebidanan ibu nifas meliputi diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi. Bidan harus melakukan evaluasi secara terus menerus, hal ini dilakukan untuk mengetahui kesehatan ibu dan mendeteksi adanya komplikasi dalam kehamilan. Bidan memberikan asuhan untuk mengatasi gangguan rasa nyeri ibu nifas, serta mengatasi infeksi dan rasa cemas guna memberikan kenyamanan pada ibu dalam masa nifas. Penjelasan tentang gizi, KB, tanda bahaya, hubungan seksual, senam nifas, asuhan bayi sehari-hari penting untuk diberikan pada ibu nifas.
Ibu dalam masa nifas sangat membutuhkan kenyamanan, maka bidan harus mampu memberikan kenyamanan yang di butuhkan ibu. Memfasilitasi sebagai orangtua diberikan pada ibu guna membantu ibu dalam mempersiapkan diri sebagai orangtua. Pada sebagian ibu dalam menyusui masih harus diberikan bantuan.
Persiapan pasien pulang diberikan untuk ibu dengan mengajari ibu tanda-tanda bahaya dan proses-proses fisiologis yang terjadi pada ibu nifas. Ptunjuk antisipasi pada masa nifas diperlukan agar ibu dapat mengantisipasi dirinya dalam masa nifas. Berbagai kompliksi nungkin saja terjadi pada ibu dalam masa nifas, pentingnya deteksi dini dalam masa ini adalah ibu dapat menyadari ketika timbulnya tanda-tanda bahaya ibu nifas sehinggga perlunya bagi bidan memberikan pendidikan kesehatan (heslth education).

3.2         Saran
Diharapkan sebagai seorang bidan dapat memberikan asuhan yang sesuai dengan manajemen kebidanan.


DAFTAR PUSTAKA


Bahiyatun.2009. Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal. Jakarta:EGC.

Duncan, Margareth.2000.Perawatan Maternitas. Bandung: Yayasan ikatan Alumni   Pendidikan Keperawatan Pajajaran.

Fraser, Diane.2009.Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta:EGC

Varney, Helen.2007.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. Jakarta:EGC.